"Desain Perhiasan?" Arvin masih terngiang pertanyaannya sendiri. Beberapa jam yang lalu, Arvin melarang Alara untuk masuk ke perusahaan yang di pimpin oleh Ansel. Dia berusaha membujuk Alara untuk kembali ke Butik milik Erina, namun ditolak mentah-mentah.
"Aku tidak ingin seseorang berpikiran buruk lebih dari satu padaku. Dimatanya, aku sudah menjadi wanita murahan dengan hamil tanpa seorang Ayah. Dan aku ingin mematahkan persepsi orang itu lagi, yang memfitnahku ingin menguasai harta milik Ibu Erina." Arvin terkesiap pada pengakuan wanita yang belum resmi menjanda. Tapi dihadapannya, ia sudah menyebut Ibu mertuanya seakan orang lain.
Ada nyeri di hati Arvin saat Alara mengatakannya. Memang semua ini kesalahannya, dia harusnya mencoba menerima wanita tulus itu sepenuh hati. Tapi apa? Akibat ulahnya terlampau jauh menyakiti hati Alara, hingga semua luka yang dia tanam sudah mengakar. Atau mungkin mendarah daging pada diri Alara.