"Tunggu!" seru Arvin tiba-tiba. Ansel semakin bingung dengan Arvin.
"Jangan-jangan, anak yang dikandung Alara itu anak kamu!" pekik Arvin yang membuat Ansel semakin geram dengan tuduhan yang dilayangkan Arvin kepadanya. Secara tidak langsung, pria itu menganggap Alara sebagai wanita gampangan. Ansel tidak terima jika nama Alara buruk dimata pria itu.
"Bajingan."
Bugh bugh
Dua kali bogeman menambah luka memar di wajah Arvin. "Kamu pikir, Alara wanita murahan yang dengan mudah memberikan tubuhnya pada setiap lelaki, hah!" Teriak Ansel lantang dengan satu jari telunjuk diacungkan tepat di depan mata Arvin.
"Dia tidak serendah itu. Dia wanita yang bisa menjaga dirinya dengan sangat baik. Lebih baik ceraikan sekarang juga, aku masih mampu merawat dan memberi wanita itu kebahagiaan dari pada kamu lelaki pecundang." Arvin tersenyum meremehkan.