Satu pukulan telak diterima oleh Dino bagian rahang kokohnya. "Kamu pikir Suci itu mainan yang bisa kamu perlakukan sesuka hatimu, hah? Laki-laki pecundang sepertimu tidak pantas mendapatkan perempuan baik-baik seperti Suci."
Tanpa niat untuk membalas, Dino berdiri lalu meninggalkan dua orang laki yang memandangnya sengit.
Sepanjang perjalanan, sesekali Dino memukul stir karena emosi. Bukan emosi terhadap perlakuan kedua sahabatnya, melainkan emosi kepada dirinya sendiri. Dia yang berjanji pada sang adik juga diri sendiri untuk menjaga selalu wanita yang sudah sah menjadi istrinya, tapi malah menjadi musibah bagi Suci.
Dari malam kejadian di Bandung, sampai sekarang memang bisa dihitung kebahagiaan yang diberikan oleh Dino kepada Suci. Selama ini perempuan itu juga tidak pernah banyak menuntut agar diperlakukan layaknya istri meskipun itu hak dia.