"Bagi seorang wanita. Belum menyandang status istri dan Ibu, barulah dia bisa bebas menggapai cita-citanya. Namun, semuda apa pun dia jika dia sudah memiliki gelar sebagai istri dan calon ibu, maka masa depannya adalah suami dan anaknya. Dia tidak akan pernah memikirkan dirinya sendiri. Baginya, anak dan suami tetap nomor satu. Jadi, Pak. Jangan pernah khawatirkan masa depanku. Sebagai calon Ibu, anakku lebih utama dari pada masa depan yang Bapak maksud." Suci memalingkan wajah, enggan beristatap dengan suami yang menurutnya tidak bertanggung jawab itu.
"Kamu terlalu keras kepala, Suci. Aku bicara seperti ini karena memikirkanmu."
"Jika yang anda maksud demi diri Anda sendiri, mungkin saya percaya. Anda tidak pernah memikirkanku. Mulai sekarang, aku tidak akan pernah menyusahkan Bapak. Bapak tenang saja." Suci membelakangi Dino yang masih menatapnya.