"Sengaja, sayang. Aku memang harus mengisinyaterlebih dahulu. Jadi kalau kamu tidak suka dengan pilihanku, kamu bisa bilang dan kita akan menggantinya. Dulu aku berpikir kita tidak akan pernah bertemu lagi saat kamu meninggalkan aku kala itu. Tapi Alhamdulillah karena Allah sepertinya mengabulkan doaku dengan mengembalikan dirimu padaku. Maka dari itu, lebih baik kamu aku ajak datang kemari dan bisa memilih perabotan apa saja yang kira-kira cocok untuk setiap sudut ruangan di rumah ini. Aku percayakan semua pilihan padamu saja. Aku tidak akan ikut campur atau pun complain dengan aturanmu." Zemira terharu mendengar ucapan Arvin.
"Terima kasih banyak, sayang." Zemira mengecup lembut bibir Arvin.
"Masih kurang." Arvin menarik pinggang Zemira sampai menempel pada tubuhnya. Zemira segera mendorong kuat suaminya karena takut ketahuan oleh Bapak-Bapak yang masih bekerja di sana.