Shalat Isya kini sudah dikerjakan, Alara mengecup punggung tangan Ansel. "Kita laksanakan shalat dua rakaat, ya!" Alara mengangguk malu-malu. Ansel pun tersenyum. Padahal, bila di lihat dari status, harusnya Alara lah yang lebih berpengalaman di banding Ansel. Tapi, dari tingkah, seolah pernikahan ini adalah pernikahan pertama bagi keduanya.
"Apa kamu sudah siap sayang?" Tanya Ansel kepada istri barunya.
"Bantu aku, agar bisa membuka keberanian untuk memberikan apa yang seharusnya ku berikan padamu, Kak!" Ansel pun tersenyum.
"Aku ada satu permintaan." Alara mengamati wajah Ansel.
"Apa, Kak?" Ansel tersenyum lalu membelai lembut pipi Alara.
"Bisakah kamu tidak memanggilku dengan sebutan Kakak lagi? Aku ingin kamu memanggilku dengan panggilan yang lain."
"Memangnya, mau ku panggil apa?"
"Apa saja. Sayang, cinta, baby atau mungkin yang paling sederhana. Mas?"
"Baiklah, aku panggil Mas saja, ya!" Ansel menggelengkan kepala.