"Kamu salah sayang, belum tentu aku beneran akan bahagia setelah kehilangan dirimu. Kamu cinta pertamaku, kamu yang paling mengerti aku. Kemarin-kemarin memang aku sedikit abai padamu karena aku sendiri masih bingung atas apa yang harus aku ambil setelah semua yang terjadi padamu. Jujur saja semua itu begitu berat buatku. Maka dari itu, aku butuh waktu. Tapi kamu tidak mau sabar dalam menghadapiku. Kamu mengambil keputusan yang membuatku semakin gila." Arvin menghela nafas.
"Aku pikir dengan ketidak hadiranku, kamu bisa mengobati lukamu. Mungkin dengan ketidak hadiranku, kamu bisa lebih tenang dan tidak merasa bersalah terhadapku. Tapi lagi-lagi, prediksiku salah. Justru kamu semakin menderita dan merasa tidak dibutuhkan. Maafkan suamimu yang bodoh ini, sayang! Maafkan aku." Arvin menatap manik mata Zemira lekat, di sana terdapat kerinduan yang terpendam untuk dirinya.
"Bukankah kamu sudah tidak mencintaiku?" Tanya Zemira.