Suara riuh burung gereja hinggap di jendela tak mampu membangunkan Zemira yang masih menikmati alam bawah sadarnya. Wanita itu begitu nyenyak menikmati istirahatnya. Tentu saja nyenyak, rasa lelah dan kantuk akibat bergadang seharian kemarin benar-benar menguras habis tenaganya. Apa lagi menyaksikan Aska dibawa paksa oleh dua orang sahabat rakyat itu, membuat Zemira tersenyum dan bisa bermimpi indah malam ini.
"Selamat pagi!" Seorang suster menyapa tanpa tahu jika perempuan itu ternyata belum bangun. Suster pun segera masuk dan mengecek tekanan darah Zemira. Normal, tanpa menunggu pasien bangun, suster itu pun segera beranjak dari kamar tersebut dan mengecek pasien lain.
Tak lama, kembali pintu kamar Zemira terbuka. "Mbak Zemira?" yang dipanggil tetap bergeming. Alara melihat ke arah Ansel seperti minta pertimbangan.
"Sebaiknya kita tunggu saja dia bangun." Ansel mengajak Alara duduk di sofa dalam ruangan itu.