Tubuhnya bergetar hebat, ketakutan merajai dirinya. Air mata tak henti menetes setelah melihat video berdurasi tiga puluh menit itu. Tangan kanan membekap mulutnya kencang sebisa mungkin tidak menimbulkan kegaduhan yang disebabkan oleh suara tangisannya itu. Beruntung ketika dirinya berteriak tadi tidak sampai membangunkan Arvin yang tengah terlelap.
Mungkin saking letihnya hingga Arvin tidak terganggu oleh suara nyaring istrinya. "Apa ini? Ja…jadi, dia merekam semua kejadian malam itu? Ya Allah, apa yang harus aku lakukan?" Zemira semakin terisak tapi sekuat tenaga ditahan agar tidak terlalu keras. Akankah dia benar-benar kehilangan suami nantinya? Bisakah Arvin menerima kesalahan yang tidak sengaja dia lakukan? Bisakah Arvin memaafkan atas apa yang sudah menimpanya? Diliriknya wajah Arvin yang tidur dengan damai menggeluti mimpinya.