Dengan mengendarai mobilnya seorang diri, akhirnya Zemira sampai juga di kantor Arvin. Saat berjalan di lobby, Zemira melirik jam yang bertengger cantik di dinding. Ternyata baru pukul delapan malam. Suasana kantor memang lebih tenang, tidak sesibuk saat siang hari.
Segera Zemira memasuki lift yang memang dikhususkan untuk CEO. Denting pintu lift terdengar dan hampir bersamaan terbuka. Zemira melangkah pasti mendekati ruangan Arvin. Tanpa mengetuk pintu, wanita itu langsung masuk dan menemukan sang suami yang tengah berkutat dengan laptop dan beberapa berkas sedikit berserakan di meja.
Zemira berjalan menuju sofa yang sudah tersedia. Dia meletakkan tempat makan yang dibawanya dari rumah. "Sayang!" panggil Zemira lembut lalu memeluk suaminya dari belakang kursi kebesaran Arvin.