Alara juga Ansel menunggu kalimat yang akan terlontar dari bibir Erina. Dag dig dug jantung Alara berdetak begitu kencang. Begitu pun dengan Ansel.
Erina tampak senyam senyum melihat ekspresi yang mereka tunjukan pada dua wanita paruh baya tersebut. "Semoga kalian tidak terkejut dengan apa yang akan saya sampaikan ini." Mata Erina beralih pada Alara, menatap intens wanita yang terlihat tegang sedari tadi.
"Alara sayang!" Panggil Erina. Alara menatap Erina intens. Menunggu kelanjutannya.
"Sayang, kamu masih memiliki seorang Ibu. Kamu bukan anak yatim piatu. Beliau sudah berpuluh-puluh tahun mencarimu, akan tetapi baru kali ini kalian bisa dipertemukan. Dan orang itu tak lain adalah Ibu Melinda, sebelah Mama ini. Dia Ibu kandung kamu. Jika memang kalian tidak percaya, kamu bisa melakukan tes DNA." Suasana melankolis hadir dengan sendirinya. Melinda sudah menangis bahagia begitu pun Alara, matanya berkaca-kaca.
"Benarkah itu?" tanya Alara masih ragu.
