Erina meraih ponselnya, mulai menghubungi sang keponakan. "Assalamualaikum, Tan." Ansel mengangkat panggilan dari Erina.
"Walaikum salam, sayang! Ansel, bolehkah Tante menemuimu? Sekarang, ada sesuatu hal yang sangat penting." Erina berkata penuh permohonan.
"Ada apa, Tante? Sepertinya sesuatu telah terjadi," Tebak Ansel.
"Iya, dan itu berhubungan dengan Alara. kami harus bertemu dengan Alara, Nak! Seseorang ingin sekali bertemu dengan Alara. dia merindukannya sejak lama." Jawaban yang ambigu menurut Ansel. Dan dia tebak, Arvinlah yang akan menemui mereka.
"Maaf, Tan jika Arvin yang ingin bertemu dengan alasan apa pu itu, Ansel tidak mengijinkannya. Alara berhak bahagia, Tan. Jadi tolong biarkan dia memilih jalan hidupnya sendiri untuk meraih kebahagiaan yang belum pernah dia dapat dari Arvin." Perkataan Ansel yang salah paham membuat Erina mengetuk jidatnya pelan. Rupanya dia sudah salah memberi informasi.