Usai minum kelapa muda, Ansel memberikan selembar uang berwarna merah. Dia salut kepada penjual es kelapa muda itu. Demi mendapatkan uang yang tidak seberapa, sampai kerja siang malam. Bersyukurlah dirinya yang dilahirkan di keluarga berada, sehingga tidak sampai hidup sesusah itu. Lalu ingatannya tertuju pada Alara, betapa menderitanya selama ini karena harus hidup tanpa hadirnya orang tua. Meskipun Bu Lastri sudah seperti ibu kandungnya sendiri, tapi tetap saja berbeda.
Ansel sengaja berlama-lama di luar hingga menunggu jam makan padi, barulah dia kembali ke kamar rawat Alara. seorang suster tengah menuju ruangan yang semalaman ini menjadi tempat singgah Alara untuk istirahat sementara karena bekas jahitan yang terasa nyeri. Ansel pun mengekor di belakang wanita berseragam putih tersebut. Sesampainya di dalam, Ansel mendengar suara merdu Alara sedang bertadarus. Sungguh menenangkan hati.