Setelah berbincang cukup lama, Arvin menutup panggilan dari istrinya itu. Dia butuh hiburan, butuh untuk menenangkan pikiran. "Sial, hidupku jadi berantakan gara-gara Alara. Astaga, aku gak nyangka sebesar ini dia mempengaruhi kehidupanku. Tidak Arvin, kamu harus move on. Masih ada Zemira yang menemanimu, jangan kecewakan Zemira seperti kamu mengecewakan Alara."
Arvin melirik benda yang melingar di pergelangan tangannya. Ternyata sudah menunjukkan pukul empat sore. Dia menelisik ruangan yang sudah berantakan seperti kapal pecah. Tak urung, dia pun membersihkan sebagian dan mengambil foto dari sebuah figura yang sudah pecah. Di situ terdapat fotonya bersama dengan Alara yang tengah tersenyum lebar dengan tangan kiri mengapit lengan Arvin dan tangan kanan mengusap lembut perut buncitnya.
