Lewat ekor matanya, Alara tahu bahwa Arvin sudah berada tepat di belakangnya. Menganggap sebagai bayangan saja, alara tidak menghentikan tangannya untuk mengemasi egala yang dia perlukan termasuk semua baju miliknya akan dia bawa tanpa ada yang tersisa sedikit pun. "Alara, kita perlu bicara." Sejenak Alara menghentikan tangannya, tak lama wanita itu melanjutkan kegiatannya memasukkan semua bajunya ke dalam koper.
Arvin memberanikan diri memangkas jarak diantara mereka. Tak kurang dari satu meter, Arvin berdiri di belakang Alara. Alara masih cuek, meski jantungnya berdegup dengan sangat kencang tapi tak membuat dirinya goyah. Sampai sebuah tangan membuatnya tersentak, Arvin melingkarkan kedua tangannya di pinggang Alara. Sontak saja Alara langsung melepas paksa tangan Arvin dari perutnya. "Tolong, jangan sentuh aku!"