Tatapan sengit langsung dilayangkan Ansel untuk Arvin. Arvin pun menyadari hal itu, agar situasi tidak lagi kembali rusuh pria itu dengan berat hati meninggalkan ruangan dimana hatinya benar-benar sudah sepenuhnya milik Alara. Semuanya menjadi kosong, bahkan kehadiran Zemira tak mampu memberinya hiburan. Tidak seperti terdahulu saat, dimana dia butuh ketenangan, hanya dengan menyebut nama Zemira saja sudah berhasil membuatnya melupakan segala masalah.