"Janji ya..!" Bintang mengeluarkan jari kelingkingnya di hadapan Bram, sementara pria itu hanya menyerngitkan keningnya.
"Kenapa aku harus berjanji lagi?"
"Memangnya kapan kau berjanji padaku?" tanya Bintang yang justru tampak bingung.
"Hei, apakah kau lupa? Aku sudah membuat janji sehidup semati saat kita menikah. Ucapan ijab Kabul itu bahkan sudah mewakili seluruh janji. Janji kepada dirimu, janji kepada orang tuamu, dan juga janji kepada tuhan. Dan itu bukanlah main-main, bisa di samber gledek aku nanti jika aku mengingkarinya,"
"Hahaha, Mas Bram, kenapa kau malah melucu?"
"Apa yang aku katakan adalah benar,"
"Yang kau katakan itu kiyuuut sekali mas, so sweet." Ucap Bintang yang tentu saja merasa bahagia dengan kalimat yang di jelaskan suaminya, baginya kata-kata itu terdengar sangat indah.
"Tapi, apakah kau juga bisa berjanji kepadaku?"
"Berjanji seperti apa yang kau katakan tadi?"
"Tentu saja janji untuk selalu setia selamanya,"
