Aku seperti memiliki harapan,
Semua penantian, mimpi, dan keinginan.
Semoga Tuhan memang menakdirkan kita untuk bersama.
(Dania Salwa Mahesa)
***
Dania kembali ke sekolah dalam keadaan senang dan bahagia. Ia meyakinkan bahwa hati Fayez sudah menganga walau sedikit.
Gadis itu berjalan sebari memamerkan senyumnya yang belum tentu manis di mata orang lain. Tapi ia tak peduli sama sekali, yang penting hati Fayez sudah mulai terbuka untuknya.
"Lo kenapa, Dan? Dari tadi gue liatin senyum mulu. Apa gak pegel bibir lo?," tanya Siska menatap heran sahabatnya.
Dania menggeleng tanpa mengeluarkan suara. Bayang-bayang wajah Fayez yang tampan selalu mengganggu pikirannya.
"Itu Fayez!," seru Siska tiba-tiba.
Suara teriakan Siska membuat Dania segera menoleh dan mengedarkan pandangan untuk mencari lelaki pujaan hatinya.
"Mana Fayez?," tanya Dania dengan wajah memburu.
"Hahahaa.. Dasar bego!," ujar Siska menertawakan kebodohan Siska.
"Lo bohongin gue?," tanya Siska dengan kedua tangan berada di pinggamg.
"Abisnya lo kegilaan banget sama si Fayez. Gue jadi khawatir."
"Khawatir kenapa?."
"Khawatir kalau lo gila cuma gara-gara jatuh cinta sama dia," jawab Siska ketus.
"Mana ada gue gila. Lo kali yang gila," balas Dania tidak kalah ketus.
"Halo.. Cewek-cewek cantik."
Dania dan Siska segera menoleh ke arah suara tersebut. Rupanya Agus dan Sahroni tengah mendekati mereka.
"Ngapain lo di sini, Agus jelek?," tanya Siska judes.
"Lo jangan geer deh, gue ke sini itu mau nyapa Dania, bukan mau nyamperin lo," balas Agus tak kalah judes.
"Lo berdua kok berantem terus tiap ketemu? Hati-hati lho," ucap Dania mengingatkan.
"Hati-hati apa?," tanya Siska penasaran.
"Hati-hati jodoh," sanggah Sahroni yang langsung ditanggapi dengan gelak tawa oleh Dania.
"Sembarangan lo! Mana mungkin gue berjodoh sama dia," ujar Agus sebari bergidik ngeri.
"Ya ampun, gue juga gak mau kali berjodoh sama lo. Amit-amit jangan sampe kejadian," balas Siska yang juga bergidik ngeri.
"Lo nggak boleh ngomong amit-amit segala, Sis, nanti Tuhan malah ngabulin ngabulin kebalikannya." Sahroni terus saja menggoda Siska dan sahabatnya itu.
"Ogah!," balas Agus dan Siska bersamaan.
"Nah kan, belum juga apa-apa udah kompakan aja, nih," goda Dania sambil mencolek dagu Siska.
Gadis itu memalingkan wajah dengan ekspresi cemberut.
"Gus, itu si Fayez mau ke mana sama si Shelina?."
Mendengar nama Fayez, Dania segera menoleh. Dan benar, laki-laki itu sedang berjalan berdua dengan Shelina.
"Kagak tau gue. Kan gue dari tadi di sini sama lo," jawab Agus ketus.
"Hm, Sahroni, emang Fayez ada hubungan apa sama Shelina?." Dania memberanikan diri untuk bertanya pada teman Fayez. Daripada ia selalu berpikiran buruk ketika Fayez dan Shelina berduaan.
"Mereka gak ada hubungan apa-apa selain ketua dan sekretaris. Cuma ya, si Shelina itu suka sama Fayez, tapi cinta dia bertepuk sebelah tangan," terang Sahroni.
Dania mencerna semua kata-kata Fayez. Lalu ia tersenyum, karena itu artinya Fayez tidak memiliki perasaan apa-apa pada Shelina.
"Kenapa, Dan? Lo suka sama Fayez?," tanya Agus tiba-tiba.
"Ng-nggak. Gue cuma tanya aja. Soalnya Fayez sama Shelina keliatan deket banget. Kalau rapat osis juga mereka deket," jawab Dania sedikit gugup.
"Ya pasti deket, lah. Kan di meja rapat itu mereka duduk sebelahan, itu deket, kan?."
Dania melongo dengan jawaban Agus yang memang bisa dikatakan masuk akal. Ia pun mengangguk sebari tersenyum canggung.
Sedangkan Siska tengah menahan tawa nya agar tidak keluar dan menyinggung perasaan Dania.
"Gus, cabut yuk!," kata Sahroni pada Agus.
"Oke. Bye, Dania." Agus melambaikan tangannya pada Dania, begitu juga Sahroni. Namun ia tidak menyapa Siska, justru malah membuang wajahnya.
"Hahahaha.. Dan, lo keliatan bego tau nggak?." Saskia akhirnya melepaskan tawa nya setelah dirasa Agus dan Sahroni tidak akan mendengar obrolan mereka.
Dania mendengus kesal, "Diem deh, lo. Gue juga sadar kalau kelakuan gue ini bego banget. Untung aja tuh dua orang gak curiga sama gue," ujarnya.
"Hahaha.. Dari jawaban lo, udah kentara banget kalau lo suka sama Fayez dan sering merhatiin dia," lanjut Siska.
"Iya, gue tau. Untung aja temen-temen Fayez itu bukan orang yang cerdas," ucap Dania sambil terkekeh geli.
"Ya udah kita ke kelas, yuk!."
***
Baru saja tiba di dalam kelas dan duduk di kursi kebanggaannya, Fayez harus beranjak lagi karena ia menerima sebuah pesan dari Shelina.
Gadis itu memintanya untuk pergi ke ruang osis dan membicarakan perihal rapat yang akan di selenggarakan besok.
Dengan berat hati, Fayez harus menemui Shelina yang ternyata sudah berdiri di depan kelasnya dan melambaikan tangan ke arah Fayez.
"Kamu lupa, ya? Besok kan kita ada rapat. Biasanya kamu langsung ke ruang osis sebelum naro tas," kata Shelina ketika Fayez menghampirinya di depan pintu kelas.
Fayez tidak akan menjawab hal-hal yang menurutnya tidak penting. Ia hanya akan berdeham untuk menghargai jeri payah orang-orang yang sudah mengeluarkan suara untuk berbicara dengannya.
"Ya udah, yuk!."
Fayez berjalan di samping Shelina. Tidak ada yang mengeluarkan suara di sepanjang koridor. Fayez tetap konsisten dengan wajahnya yang datar dan seolah tidak sedang berjalan dengan siapa-siapa.
Sedangkan Shelina, ia merasa seluruh siswa memperhatikan dirinya. Ia pun tersenyum bangga, karena bisa berjalan dengan Fayez, si tampan SMA Kencana. Walaupun hanya ada keheningan di antara keduanya.
"Fayez, kamu mau beli minum dulu nggak?," tanya Shelina berusaha mencairkan suasana.
Fayez menggeleng sebagai jawaban.
"Kalau gitu, aku ke kantin bentar ya, mau beli minum," lanjut Shelina.
Fayez hanya diam dan melanjutkan langkahnya. Di tengah perjalanan, ia melihat Dania dan Siska yang sedang mengobrol. Ia pun kembali mengingat kejadian kemarin dan tanpa terasa Fayez tersenyum.
Laki-laki itu segera mengalihkan wajah ketika Dania menoleh ke arahnya. Lalu ia berjalan kembali untuk menghindari pandangan Dania.
Fayez sangat kuat memendem perasaannya. Bukan karena hal lain, ia hanya belum yakin dengan hatinya sendiri.
Padahal, belum tentu Dania juga menyukainya. Sedangkan yang terlihat selama ini, Shelina lah menyukai Fayez.
"Fayez, ini aku beliin juga buat kamu. Siapa tau kan kamu haus." Shelina telah kembali sebari membawa dua botol air mineral dan beberapa cemilan ringan untuk mereka.
Ruangan osis terbuka. Di dalamnya ada tiga buah sofa dan meja untuk tamu yang berkunjung, satu unit komputer dan lemari kaca khusus untuk menyimpan berkas-berkas milik osis.
Di dalam sana sudah ada Andrea, wakil ketua osis yang beberapa hari kemarin tidak masuk.
"Kalian lama banget," keluh Andrea sebari menyandarkan punggungnya di sofa.
"Sori," ucap Fayez singkat.
"Shel, lo beli minum cuma dua?," tanya Andrea yang melihat Shelina mengeluarkan botol air mineral dan menaruhnya di atas meja.
"Ya sori, gue kira nggak ada lo di sini," kata Shelina.
"Ya udah, mending kita langsung bahas aja deh," lanjut Andrea.
"Gue ambil berkasnya dulu." Shelina membuka lemari kaca yang terletak di sudut ruangan. Berkas yang ia maksud ternyata berada di tumpukkan paling atas, dan ia kesulitan untuk mengambilnya.
"Sini gue bantu."