Fania belum bisa bernapas lega. Karena fitnah yang masih membelenggunya. Fania dan Rina memasukkan brownies ke dalam toples.
Drettt!
Drettt!
Begitu terkejutnya Fania ketika membaca nomer kontak itu. Ternyata suaminya menelepon.
"Ayo cepat angkat," ujar Rina. Dengan sedikit ragu-ragu dan memberanikan diri Fania akhirnya geser gambar telepon hijau itu.
Fania hendak membuka mulutnya. "Aku akan menikahi Amel."
Mendengar suara suaminya yang tanpa basa-basi, air mata Fania terjatuh.
"Kalau begitu ceraikan aku. Untuk apa Mas mempertahankan aku, lagian juga Mas sudah tidak mempercayaiku lagi, aku merasa jenuh dengan segala tuduhan itu. Tetapi aku tidak bisa membuktikannya akhirnya aku mengalami apa yang Ibuku alami dan kau sama seperti ayah yang tidak mempercayai," ujar Fania menahan tangisnya. Rina sangat terkejut, dia terus beristighfar dalam hati.