Gibran benar-benar sangat emosi ketika melihat Adiknya dibawa paksa masuk ke mobil. Amarahnya tidak terkendali ia mengendarai motor dengan kecepatan tinggi dan masih menggonceng Diana.
Diana terpaksa berpelukan erat. "Aku masih ingin hidup Gibran ...! Cita-citaku belum tergapai ...! Aku belum menikah!"
"Ya sudah ayo nikah denganku!" seru Gibran kemudian menormalkan laju motornya.
"Hahaha. Itu melamar atau ngajak ke warung. Udah ah. Jangan bercanda nanti kehilangan jejak."
"Makanya jangan teriak-teriak!" tegur Gibran. Mobil berhenti di bangunan tua. Gibran menghentikan motornya.
"Aku akan telepon polisi. Kamu masuk, hadapi mereka sebisamu," ujar Diana kemudian menelopon polisi.
"Tolong ... lepaskan! Hek hek heks. Lepas ... tolong. Kak Gibran ... tolong ...!" Suara Aqila sangat menyayat hati. Gibran sudah tidak bisa menunggu lagi.
"Bismillah ...." Gibran berjalan mengendap-ngendap. Waspada, melihat Dirga tertawa puas Gibran mengepalkan tangan menunjukkan kemarahannya.
