Sang Kakak sedang merasa merana karena tidak kunjung menemukan kabar tentang gadis yang dicintainya, sementara dengan Diana, dia sibuk menulis novel.
"Sebenarnya kisahnya Mbak Fania sangatlah menyedihkan. Tapi kisah kami juga menyedihkan." Diana yang tidak bisa berpikir akhirnya meletakkan pulpennya.
"Aku tidak bisa berpikir entah mau menulis apa. Mas Alfito juga sepertinya lebih betah di apartemen ketimbang disini bersamaku. Merana Oh Merana. Jika aku hubungi Gibran nanti dia kepedean. Ah .... "
Diana menjatuhkan tubuhnya ke ranjang. Tiada disangka ponselnya berdering. Betapa terkejutnya dia ketika melihat kontak yang meneleponnya.
"Halo Mbak Fania."