Alfito menutup pintu kamar dan segera menggambil piama dan handuk. Dia naik ke atas ranjang lalu hendak melepas pakaian Fania. Tangannya berhenti di atas dada Fania.
Tidak dapat dipungkiri jika hasrat Alfito hadir. Fania membuka matanya perlahan, dia berusaha tersenyum walau kesakitan.
Fania mengangkat tangannya, menyentuh pipi Alfito.
"Ini tidak terlalu basah. Peluk saja," pinta Fania.
"Kenapa kamu sangat susah atur!" Alfito menelan salivanya. "Kenapa sampai jatuh di kamar mandi? Dan kamu akan semakin sakit kalau menggunakan baju basah seperti ini. Aku suamimu, memiliki hak. Fania, jangan menyiksadiri. Tidak boleh," kata Alfito dengan mengerutkan kening dan menggenggam tangan Fania yang ada di pipinya.