Angin pagi berhembus sahdu. Mentari beranjak menguapkan embun. Tiada yang menduga jika Rusdi akan mengajak Dayan untuk jalan-jalan. Dayan dengan mobil mahalnya bergegas. Tidak henti dia membayangkan mata indah Jihan.
Rusdi mengajari banyak hal, mengaji dan tatacara bersuci yang benar. Gerakan salat dan wudhu juga. Dayan sangat antusias namun masih belum semangat seratus persen. Kesemangatannya hanya tujuh puluh persen, karena belum chattan dengan Jihan di pagi hari.
"Dayan kamu kalau di tanya anak kecil. Om, kok tidak berdzikir? kamu akan jawab apa?" tanya sang dosen.
"Kamu sendiri, kenapa tidak dzikir? Aku akan jawab seperti itu," jawab Dayan dengan polosnya.
"Anak kecilkan mengikuti orang dewasa, jadi ikut-ikutan." Pak Rusdi tertawa kecil lalu pergi.
"Duh, baru ini kata-kataku dibalik, jadi malu, tampah hilang nih muka, di depan wali gadis yang ku cinta pula," gumam Dayan.