Malam yang larut suara ombak menggelegar, entahlah bagaimana perasaannya, apa berkecamuk, marah, gelisah atau binggung. Salwa memalingkan wajah hingga tidak mau melihat ke arah Ahsan, Ahsan memberikan secangkir kopi.
"Nona, ayo minum ini sangat dingin," ujar Ahsan membujuknya.
"Kenapa kamu baik, apa karna status atau tulus?" tanya Salwa.
"Terserah Nona menilaiku bagaimana, E ... Jika tidak ada sahwat tidak pa-pa kan dekat-dekat?" tanya Ahsan, yang masih membujuk Salwa, keduanya menikmati malam yang berhembus sangat dingin.
"Bagaimana tidak ada syahwat, kamu membawaku itu karna nafsu syahwatmu, iya kan?" tanya tegas Salwa baru menghadap Ahsan. "Bahkan jika nyawaku terancam aku tidak masalah," imbuhnya sinis.
"Maaf, aku harus memaksamu, aku bingung juga, minum," Ahsan menarik tangan Salwa, Salwa menghempas minuman itu, Ahsan terkejut namun ia berusaha baik-baik saja.
"Aku berhasil tidak papalah sudah kebal," ucap ringan Ahsan terdengar senang, namun beda dengan raut wajah Salwa.
