Chereads / Forbidden LOVE. / Chapter 34 - Kenangan buruk

Chapter 34 - Kenangan buruk

Areez masih tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi, proyek pulau buatan yang selama ini diyakini akan berjalan dengan lancar tanpa gangguan kini bahkan terancam harus dibatalkan karena semua orang yang mendukung proyek itu menarik dukungannya.

"Sepertinya pengaruh ayahmu tidak kuat di negara ini, Aldrich." Areez menyindir Aldrich yang juga sedang kecewa itu dengan keras. "Bagaimana mungkin orang-orang itu mengkhianati kita di saat-saat terakhir seperti ini?"

Aldrich menggeram. "Aku juga heran dan sungguh tidak menyangka mereka akan berbalik menyerang kita, sungguh aku benar-benar tidak percaya. Rasanya ini seperti mimpi melihat mereka berani mengkhianati kita."

"Sebesar apa kekuatan Christian Clarke itu?" tanya Areez tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan, Areez merasa kalau dalang dibalik semua kekacauan ini adalah Christian Clarke, pihak yang paling keras menyuarakan penolakannya atas rencana pembangunan mega proyek itu.

"Kenapa tiba-tiba menanyakan pangeran Clarke itu?"

Satu alis Areez terangkat. "Pangeran Clarke? Apa dia berasal dari bangsawan eropa?"

Aldrich terkekeh. "Tidak, Christian Clarke adalah orang biasa. Tidak sepertimu yang masih memiliki darah bangsawan yang kental."

"Tapi kenapa tadi kau menyebutnya pangeran jika dia adalah orang biasa?" tanya Areez penasaran.

"Itu karena kerajaan bisnis mereka yang sudah menggurita kemana-mana, Areez. Saat ini Christian Clarke menduduki posisi CEO muda yang paling berpengaruh di Eropa dan Amerika, menggeser posisi rivalmu Adam John selama tiga tahun berturut-turut."

Bibir Areez melengkung. "Cih, hasil survei itu tidak akurat. Kenapa harus dipercaya?"

"Akh apapun itu yang jelas Christian Clarke adalah orang kuat dan…"

"Di Selandia Baru dan Amerika Selatan dia tidak ada apa-apanya," ucap Areez ketus.

Bisnis anggur keluarga Floyen yang terkenal selama berabad-abad lalu sampai saat ini masih menduduki puncak tertinggi sebagai penghasil anggur terbaik di dunia. Selandia Baru serta Amerika Selatan merupakan tempat dimana pabrik-pabrik besar pengolahan anggur terbaik milik keluarga Floyen berdiri masih tidak ada tandingannya. Karena itu dua daerah itu menjadi ladang emas untuk Areez selama berpuluh-puluh tahun ini.

"Bisnis kalian berbeda, Areez. Jangan samakan, lagipula saat ini mereka.."

"Sebenarnya kau ada dipihak siapa, Aldrich? Kenapa sejak tadi kau terus membanggakan si Christian Clarke sialan itu?"

Aldrich terkekeh geli mendengar perkataan Areez. "Kenapa kau marah? Aku hanya menjawab pertanyaanmu saja tentang sosok Christian Clarke itu, jangan cemburu Areez. Kau tahu kan aku ada dipihak siapa?"

"Dasar pintar bersilat lidah," gerutu Areez kesal. "Aku jadi semakin penasaran ingin bertemu dengannya, aku ingin melihat secara langsung sosok yang terus kau bangga-banggakan itu."

"Kalau kau mau bertemu dengannya maka lebih baik sekarang kita kembali ke hotel."

"Kenapa kita harus kembali ke hotel? Aku masih ingin membuat perhitungan dengan orang-orang yang sudah mengkhianatiku itu," ujar Areez penuh emosi, tatapannya tertuju pada sepuluh orang anggota parlemen yang baru saja menemuinya dan menarik dukungan mereka atas proyek yang sedang Areez kembangkan.

Ekspresi Aldrich berubah. "Itu karena Christian Clarke menginap di hotel yang sama dengan kita, Areez. Dia ternyata sangat dekat dengan kita."

"Kau serius? Darimana kau tahu?"

Aldrich pun menceritakan apa yang dia dengar di lobby tadi pagi ketika sedang menunggu Areez turun, para staf hotel itu membicarakan supir mana yang akan mengantarkan Christian Clarke pergi.

Karena sudah sangat penasaran dengan sosok Christian Clarke itu, akhirnya Areez mencari sosok Christian di ponselnya. Kedua mata hazel Areez membulat saat berhasil mengenali sosok orang yang selama ini sudah mengacaukan semua rencananya.

"Damn it, ternyata laki-laki itu."

"Apa? Siapa yang sedang kau…"Aldrich menghentikan perkataannya saat melihat layar ponsel Areez yang sedang menunjukkan wajah tampan Christian Clarke yang sedang menerima penghargaan di atas panggung besar.

Rahang Areez mengeras, tatapannya menggelap. "Pantas saja dia searogan itu, ternyata dia adalah orang yang aku cari."

"Areez…" Aldrich langsung memperingatkan sahabatnya itu untuk tidak berbuat macam-macam. "Jangan buat semuanya makin sulit."

Areez membasahi bibir tipisnya dengan lidahnya yang basah. "Bukan aku yang mencari masalah sejak awal, Christian Clarke itulah yang memulainya. Bahkan kau lihat sendiri juga bukan apa yang sudah dilakukan sekretarisnya yang murahan itu, dia dengan sengaja melempar dirinya kepadaku dan berharap aku akan memberikan belas kasih kepadanya. Cih, memangnya dia pikir dirinya siapa? Dia bahkan tidak ada apa-apanya dibanding Mira."

"Mira lagi Mira lagi, kenapa kau selalu membandingkan wanita dengan Mira? Mira memang cantik sangat cantik bahkan, tapi itu tidak cukup Areez. Jika dia tidak mencintaimu maka…"

"Mira mencintaiku!" pekik Areez keras. "Mira adalah satu-satunya wanita yang akan menjadi Nyonya Floyen dimasa depan dan dia sangat mencintaiku."

****

"Hati-hati," ucap Kainer pelan pada Elena yang akan menuruni mobil.

Elena tersenyum. "Terima kasih, Kainer," jawab Elena pelan ketika sudah berhasil menginjakkan kedua kakinya di lobby hotel tempat mereka menginap sebelumnya.

"Ini bukan apa-apa."

"Jangan memanjakannya, Kainer. Dia adalah gadis kuat yang bisa mandi berkali-kali di tengah malam, jadi kau tidak perlu memberikan perhatian kepadanya." Dari tempatnya berdiri Christian berbicara ketus mengomentari interaksi antara Kainer dengan Elena. Christian masih kesal pada Elena yang memaksa pulang dari rumah sakit, padahal dokter yang memeriksanya masih menyarankan agar Elena tetap berada dirumah sakit sampai besok. Tapi gadis keras kepala itu tetap bersikeras untuk pulang, karena itu dokter tidak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan permintaannya.

"Maafkan saya, Tuan muda," ucap Kainer penuh penyesalan.

"Lebih baik kau selesaikan pekerjaanmu, pantau terus perkembangan orang-orang itu. Pastikan kembali mereka tidak akan berubah pikiran."

Kainer menganggukkan kepalanya dengan sopan tanda dia mengerti dengan tugas yang baru saja diberikan kepadanya. Setelah berpamitan dengan hormat, Kainer pun segera pergi dari hadapan Christian untuk menjalankan tugasnya meninggalkan Elena dan Christian berdua. Tidak tahukah Kainer kalau Elena sangat tertekan ketika sedang berdua saja seperti ini dengan Christian? Oh Elena yang malang.

Iris mata Christian membesar saat melihat Elena masih berdiri di tempatnya dan tidak bergegas masuk ke dalam hotel. "Mau sampai kapan kau berdiri disana, Elena? Apa kau mau menghalangi jalan masuk orang lain?"

Elena yang sebenarnya menahan sakit kepalanya hanya tersenyum kecil saat mendengar perkataan Christian, tanpa membuka bibirnya yang masih sedikit pucat secara perlahan Elena mencoba melangkahkan kakinya. Namun baru saja kaki kanannya menapak, tubuhnya tiba-tiba oleng karena kehilangan keseimbangan. Tubuh Elena yang ramping benar-benar akan mencium lantai yang keras jika saja Christian tidak langsung bergerak, dengan kecepatan yang luar biasa Christian berhasil meraih tubuh Elena dan merengkuhnya erat dalam pelukannya.

"Gadis keras kepala!" gerutu Christian kesal. "Kenapa kau menyebalkan sekali, huh?"

Elena yang sebelumnya sudah pasrah jika harus jatuh ke lantai perlahan membuka kedua matanya yang tertutup rapat, samar-samar Elena bisa melihat wajah Christian yang berada dekat sekali dengan wajahnya. Kedua hidung mereka bahkan nyaris bersentuhan saat ini.

"Kita kembali ke rumah sakit!"

"Tidak." Elena panik dan langsung mencengkram lengan Christian. "A-aku benci rumah sakit, aku tidak suka bau rumah sakit."

Mata Christian menyipit, mencoba membaca ekspresi wajah Elena. Dengan kepandaiannya yang berada diatas rata-rata, Christian bisa tahu jika ada seseorang yang tengah berbohong kepadanya dan saat ini dia tidak menemukan kebohongan itu pada Elena. Yang mana artinya Elena benar-benar takut pada rumah sakit.

"Aku punya kenangan buruk dengan rumah sakit, Sir." Suara Elena bergetar saat bicara.

"Kenangan buruk?"

Bersambung