Sebilah pedang bergerak cepat menuju ke arah batang leher seorang anak laki-laki yang sedang ketakutan di bawah intimidasi seorang pria berpakaian coklat kehitam-hitaman di hadapannya.
Dengan cepat tubuh bocah laki-laki itu tersungkur ke atas tanah setelah lehernya terkena sabetan pedang tajam itu. Darah dari bocah cilik itu langsung mengalir deras membanjiri sekitaran area tanah di sekitar tubuhnya yang telah mati.
Orang-orang yang melihat kejadian itu langsung histeris ketakutan dan beberapa diantara mereka lari tunggang langgang menjauh dari tempat pembantaian itu.
Jika para orang dewasa yang sudah berumur bisa bebas melarikan diri dari tempat itu, namun lain halnya dengan para bocah laki-laki yang terus diburu oleh para pria berbaju coklat kehitaman dengan lambang Naga terbang di punggung pakaian mereka.
Naga terbang adalah lambang utama dari Ras Seji, sedangkan lambang klan mereka akan tercetak jelas di kedua sisi pangkal lengan bagian luar pakaian mereka.
"Lari!" pekik salah satu orang yang sudah memasuki pemukiman desa Gunung Api Merah.
Semua orang yang sedang sibuk dengan pekerjaan mereka saling berpandangan satu sama lain penuh kebingungan karena diminta lari oleh salah satu warga.
Brakkk!
Prajurit yang ditugaskan untuk membabat habis bocah laki-laki di desa Gunung Api Merah kini telah sampai di pemukiman utama warga di desa ini.
Tanpa basa basi, mereka langsung menebas semua leher anak laki-laki yang mereka temui di desa ini.
Beberapa anak ada yang lari dan kabur dari tempat itu, namun, dia langsung dikejar dan ditusuk tubuhnya dari belakang dengan sebuah tombak.
Brugg!
Tubuh bocah itu pun langsung jatuh tersungkur ke arah depan setelah tombak tajam itu menembus tubuh mungilnya.
Para wanita yang melihat kejadian itu berteriak histeris dan air mata di kedua kelopak mata mereka mulai luruh tatkala sang prajurit Ras Seji menarik paksa anak lelaki mereka dan membunuhnya langsung di hadapan orang tuanya.
Tidak sampai satu jam, semua bocah laki-laki di desa Gunung Api Merah telah tewas oleh senjata-senjata tajam milik prajurit utusan pemimpin tertinggi Ras Seji.
Semua warga yang tersisa saat ini sedang berkumpul di sebuah tanah lapang yang di sekitarnya dikelilingi oleh para prajurit berseragam lengkap itu.
"Mulai hari ini para lelaki di desa Gunung Api Merah akan kami bawa ke benua biru untuk menyelesaikan sebuah proyek besar di sana," ucap seorang komandan prajurit itu yang bertampang rupawan.
"Sedangkan para wanita di desa ini akan kami perintahkan untuk membuat segel-segel sakti yang bisa digunakan untuk menawan para binatang langit yang berkeliaran di daratan tanah bercula. Kami beri waktu satu tahun bagi kalian semua untuk menyelesaikan tugas yang kami berikan. Jika kalian gagal menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang ditentukan, maka semua leher kalian akan kami penggal," ancam komandan itu.
Semua warga langsung meringkukkan tubuh mereka karena merasa ngeri dengan semua ancaman itu.
"Bagi wanita-wanita yang saat ini sedang mengandung, diharapkan untuk laporan kepada kami. Kami akan membawa mereka ke tempat tampungan khusus di benua biru. Jika ada wanita yang menyembunyikan kehamilannya maka pedang ini tidak akan segan-segan untuk menebas leher kalian. Aku tidak peduli dengan larangan terlarang di semua daratan ini."
Komandan Genopati sebenarnya juga takut dengan larangan terlarang di semua daratan ini, karena hukuman dari Tuhan alam semesta kepada pelaku pembunuhan yang menebas leher para Ibu hamil sangat mengerikan.
Semua orang bisa melihat dengan jelas saat hukuman itu dijatuhkan kepada para pembunuh itu. Namun sudah beribu-ribu tahun lamanya tidak ada lagi yang mendapatkan hukuman seperti itu karena tidak ada satu orang pun yang berani melakukan tindakan keji itu, sehingga semua cerita itu terdengar seperti dongeng belaka yang di mana tidak ada satu pun orang yang berani melanggarnya karena takut bahwa itu benar adanya.
Semua para wanita hamil mulai berjalan maju dan memisahkan diri mereka dari para wanita lain di desa ini.
Setelah semua wanita hamil dan laki-laki terkumpul dan tidak ada satu pun yang terlewat. Pasukan Ras Seji yang bertugas untuk membawa para tawanan itu ke benua biru mulai memimpin jalan untuk menuju ke tempat itu. Sedangkan para warga lainnya tetap berada di desa ini dengan penjagaan dari para prajurit Ras Seji yang tersisa.
Dari kejauhan ada seorang wanita yang bersembunyi di balik pohon besar di dekat tanah lapang itu.
"Kenapa para prajurit Ras Seji membawa separuh warga di desa ini? Dan kenapa banyak mayat anak laki-laki yang bersimbah darah di atas tanah?" gumam wanita itu.
"Apakah mimpi yang aku alami benar adanya?" sambung wanita itu.
Krekk!
Tidak sengaja wanita itu menginjak satu buah ranting kering di dekatnya dan membuat para prajurit Ras Seji curiga dan mendatangi tempat persembunyiannya.
Perempuan yang bernama Hanima itu segera membuat segel di tangannya dengan sebuah kuas dan kertas khusus.
Wuss!
Tubuh Hanima seketika lenyap dan para prajurit itu tidak bisa menemukan keberadaan Hanima di balik pohon itu.
Jelas saja sosok tubuh Hanima tidak ditemukan karena wanita itu sudah berpindah tempat ke sebuah gua yang pintu masuk gua ini terhalang oleh air terjun yang sedang mengalir deras.
Saat ini Hanima sedang bersandar di dinding gua ini dengan pandangan mata kosong sambil mengelus-elus perut ratanya yang di dalamnya terdapat benih seorang anak yang telah tumbuh tiga bulan lamanya di dalam rahimnya.
"Nak, apakah pesan dari mendiang Ayahmu itu benar?" ucapnya bertanya-tanya pada janin di dalam perutnya.
"Jika benar, apa yang harus kita lakukan sekarang? Ibu tidak mungkin kembali lagi ke desa karena itu sangat berbahaya sekali," lanjutnya.
Satu hari sebelum peristiwa berdarah di desa Gunung Api Merah, Hanima seorang yatim piatu yang ditinggal mati suaminya saat kehamilan anaknya baru berumur satu bulan -tiba-tiba didatangi oleh Harun mendiang suaminya di dalam mimpinya.
Harun meminta Hanima agar pergi ke gua di kaki Gunung Api Merah dan bermalam di gua itu selama semalam untuk menghindari asap hitam yang akan datang memporak-porandakan desa mereka.
Hanima yang patuh dengan semua ucapan suaminya yang ada di dalam mimpi itu segera mengungsi segera setelah sebelumnya mencoba meyakinkan para warga agar ikut bersamanya karena sebelum dia didatangi oleh mendiang suaminya, dia sudah didatangi lebih dulu oleh sesosok makhluk yang mengaku bahwa dia adalah malaikat yang diutus oleh Tuhan Alam semesta dan mengabarkan kabar gembira bahwa anak yang dikandung Hanima adalah Artasura kedua yang Tuhannya utus ke dunia ini untuk menjalankan sebuah misi khusus yaitu menumpas kejahatan dan mengembalikan kedamaian yang telah hilang seribu tahun lamanya.
Bersambung ....