Chereads / I Want You to be My Love / Chapter 7 - Tak ada Jalan lain.

Chapter 7 - Tak ada Jalan lain.

"Sasya, di sana meja kamu," kata Roy menunjuk salah satu meja, Sasya segera berjalan menuju meja tersebut. "Dan kamu, mejanya di sini," lanjut Roy menunjuk meja yang ada di depannya.

Lala segera menduduki kursinya

"Nanti pekerjaan kamu dan temanmu akan dipandu oleh Bu Dara, dia upervisor di bagian ini. kalau ada yang tidak dimengerti tanya ya jangan diem aja." Lala mengangguki perkataan Roy, laki-laki itu terenyum senang mendapatkan karyawan yang tidak banyak tingkah. "Kalau begitu, bisa saya tinggal?'

Lala mengangguk dan berkata, "iya, Makasih ya Pak Roy."

Roy segera pergi meninggalkan ruangan. Di saat pria itu membuka pintu, pria itu mengeluakan ponselnya dari saku celana, laki-laki itu menghubungi wanita bernama Dara untuk menginfokan pada wanita tersebut bahwa ada dua karyawan baru yang akan menjadi bawahannya.

Semakin siang, semakin banyak karyawan yang datang. Ini petama kali Lala bekerja, ia memberi salam ucapan selamat pagi. Namun bukan semyum dan sapa yang ia dapat melainkan tatapan sini dan tidak suka.

Lala heran, ada aapa dengan dirinya?

Kemudian Lala menoleh ke meja Sasya, mematikan apakah dia juga mendapatkan perlakuan yang sama. Namun, ia terkejut dengan Sasya yang langsung akrab dengan beberapa karyawan. Lala memandang miris, kenapa Sasya dengan mudahnya mendapat teman sementara ia tidak?

Tak lama, seorang wanita cantik memasuki ruangan. Wanita tersebut merebut perhartian semua oang termasuk Lala yang sedang meratapi naibnya. Detik kemudian semua karyawan membungkuk dan mengucapkan, "selamat pagi Bu Dara." Sebagai sebuah penghomatan untuk atasan mereka, Lala dan Sasya yang tidak tahu apa-apa hanya ikut-ikutan.

Wanita cantik keturunan korea itu segera menghampiri Lala dan Sasya. Keduanya diminta datang ke ruangannya untuk diberi bimbingan terlebih dahulu, bagaimana mereka menyapa, bagaimana mereka meminta tolong dan bagaimana mereka mengirimi emai kepada sesame rekan kerja yang beda divisi. Kecantikan Dara membuat dua gadis itu terkadang gagal fokus, selain memiliki karyaan yang tampan, peruahaan ini juga ditempati oleh karyawati yang sangat cantik. Pengarahan dari wanita tersebut sangat mudah di mengerti. Keduanya bersyukur mendapat atasan yang baik hati.

"Baik, semua sudah saya jelaskan. Ada yang ingin ditantyakan?" kata Dara membeiri kedua karyawan barunya itu untuk bertanya.

Kedua gadis itu menggeleng, berarti tidak ada yang ingin ditanyakan dari mereka.

"Oke, Kalau suatu saat nanti ada yang tidak dimengerti bisa tanya saya ya," kata Dara pergi dari hadapan Lala dan Sasya.

Dua gadis itu mengangguk, kemudian kembali ke posisi kerja masing-masing.

"Lala," panggil Dara ketika Lala hendak bangun dari tempat duduknya. Sasya sudah keluar dari ruangan, namun Lala memilih untuk duduk kembali.

"Kamu pasti orang yang spesial ya."

"Spesial? Maksudnya apa ya Bu Dara?"

Tanpa menjawab pertanyaan Lala, Dara tersenyum dan mempersilakan Lala untuk keluar dari ruangannya.

Jangan ditanya lagi, tentu saja Lala penasaran apa maksud dari perkataan atasannya itu. Kenapa ia disebut sebagai orang yang spesial? Apa ini ada hubungannya dengan sikap semua karyawan wanita yang menatapnya sinis? Tapi, kenapa? Apa yang salah dari dirinya? Dan apa yang membuat Dara berkata seperti itu? Lala ingin sekali mengetahui jawabannya.

*****

Adnan kembali setelah mengambil paket di lobby. Kejadian di dekat tangga beberapa menit yang lalu membuatnya merasa sial. bagaimana bisa seorang gadis terjatuh dan ia menangkapnya. Pria itu hanya bisa menghela napas panjang, kemudian memilih untuk melupakan semuanya. Baginya kejadian itu tidaklah penting, terlebhih

Paket yang ia ambil adalah sebungkus makanan yang ia pesan secara delivery. Adnan selalu tidak sempat sarapan karena jam tidurnya yang larut membuatnya bangun lebih siang dari sebelumnya. Pekerjaan yang tidak henti-henti sungguh menyiksa batin, lebih baik bekerja dengan fisik yang terluka dibandingkan pikitan atau mental yang menjadi sasarannya. Beberapa kali Adnan menemui seorang temannya yang berprofei sebagai psikolog untuk konsultasi. Ia meakukan hal tersebut rutin seminggu sekali, karena tidak ia bisa gitla dengan masalah perusahaan yang tidak ada habisnya.

"Pak Adnan," ucap Sissy memasuki ruangan. Gadis itu berdiri di hadapan sang pimpinan

"Perusahaan minuman yang saya kirimi materi menolak kerjasama dengan kita?" tebak Adnan sebeum Sissy memberitahunya.

Wanita yang diangkat menjadi sekertarisnya itu mengangguk pelan.

Adnan tahu hal ini akan terjadi, seberapa besar usahanya untuk mendapat partner, jika berita jelek tentang perusahaannya masih wara-wiri di berita tidak akan membuahkan hasil. Pria itu memijit-mijit pelipisnya. Ia kebingungan bagaimana bisa menstabilkan kondisi perusahaannya yang sedang berada di ujung tebing.

"Pak, tadi ada pihak dari GLADY'S workshop yang menanyakan tentang kesepakatan kerjasama," tambah Sissy.

"Bilang sama mereka bahwa saya masih mempertimbangkannya," kata Adnan.

"Baik."

Sissy kembali ke mejanya. Sebelum keluar ruangan ia melihat sekilas Bossnya yang sedang mengalami hal yang berat. Gadis itu ingin sekali membantu, namun tidak ada yang bisa ia lakukan. Lima tahun Sissy bekerja sebagai sekertaris dan dua tahun terakhitr ini ia bekerja untuk Adnan.

Pertama kali Adnan menjabat sebagai CEO Aditya GROUP Sissy menaruh hati padanya. Sikap pria itu yang dingin dengan hal-hal berbau asmara membuat dirinya tidak berani menunjukkan perasaan yang ia miliki padanya. Ada beberapa kejadian selama keduanya bekerja yang membuat Sissy terbawa perasaan seperti ketika mereka berdua datang pada sebuah acara pesta klient, atau makan malam ketika perusahaan sedang berada di masa jaya. Namun, sebisa mungkin Sissy membuang khayalannya bahwa Adnan menyukainya. Pria itu melakukan hal tersebut karena menghargai pekerjaannya.

Sementara di mejanya, Adnan masih memikirkan bagaimana cara agar perusahaan kembali normal. Sekarang ia sudah sebisa mungkin meminimaliskan pengeluaran dengan melakukan PHK secara mendadak, ia tahu hal itu akan berdampak buruk bagi perusahaannya juga nama baik keluarganya, Aditya GROUP perusahaan yang menyejahterakan karyawan melakukan pemutusan hubungan kerja pada karyawannya s ecara mendadak. Namun ini adalah salah satu hal yang bisa ia lakukan untuk menghindari kebangkrutan.

Ketika sedang berpikir untuk rencana selanjutnya, ponsel Adnan bordering dan tertera nama 'Ayah' pada layar. Ini pertama kali sang Ayah menelpon Adnan semenjak ia menjabat sebagai pemimpin di perusahaan ini.

Adnan pun segera menekan tombol telpon berwarna hijau untuk menjawab panggilan tersebut.

Adnan : Hallo.

Hadi : Kamu sudah tahu kenapa saya menelponmu?

Adnan : Setiap Ayah telpon Adnan, pasti gak jauh-jauh dari perusahaan.

Hadi : Adnan, saya tidak mengerti apa yang ada di pikiran kamu. Dengan kejadian itu Aditya GROUP sudah memiliki berita miring di beberapa stasiun TV, sekarang kamu ingin menambah runyam semuanya?

Hadi : Apa maksud kamu mem-PHK karyawan secara mendadak?

Adnan : Adnan tahu apa yang Adnan lakukan, Ayah gak usah khawatir.

Hadi : Gak khawatir bagaimana? Kamu gak lihat berita pagi ini? Para mantan karyawan melakukan aksi protes dan menjelek-jelekkan nama perusahaan. Kamu gak lihat? Apa di ruangan kamu gak ada televisi?

Pandangan Adnan kini tertuju pada plasma besar yang di salah satu sudut ruangannya. Pada layar tersebut terlihat beberapa mantan karyawan yang terkena PHK sedang diwawancara oleh tim jurnalin salah satu stasiun TV.

Hadi : Adnan, kalau kamu tidak bisa memegang perusahaan, bilang! Jangan membuat kacau apalagi sampai membuat binis keluarga yang turun menurun ini bangkrut. Kamu gak tahu bagaimana perjuangan kakek kamu mendirikan perusahaan ini?

Adnan : Yah, Adnan gak akan mundur. Adnan sudah janji sama almarhum Ibu untuk melanjutkan perusahaan dari keluarganya.

Hadi : Janji? Kamu mempertahankan posisi kamu hanya untuk omong kosong itu?

Emosi yang memuncak membuat Adnan menutup sambungan secara sepihak. Ketika menelpon, Ayahnya tidak pernah memedulikannya. Yang beliau khawatirkan hanyalah perusahaan.

Terdesak oleh perkataan Ayahnya yang mengatakan bahwa ia tidak bisa memegang perusahaan yang diturunkan untuknya itu, membuat Adnan tidak memiliki pilihan lain. Ia harus sesegera mungkin mendapatkan partner untuk launching produk barunya, namun semua sponsor menolaknya.

Adnan membuka laci mejanya untuk mengambil alat kantor, namun terlihat materi produk yang diberikan oleh Gladys kemarin. Tentang kerjasama yang ditanyakan dari pihak perusahaannya itu membuat Adnan tidak memiliki pilihan lain selain menerima kerjasama dengannya, pria itu menghembuskan nafas berat. Apakah ia harus menerima tawaran Gladys?

******