Chereads / I Want You to be My Love / Chapter 11 - Demi perusahaan

Chapter 11 - Demi perusahaan

Setelah meletakkan telpon kembali pada tempatnya, Sissy masuk ke ruangan. Wanita itu memberitahu bahwa ia akan ada meeting dengan iak GLADY'S jam 1 siang nanti. Adnan menganggu dan meminta tolong untuk diingatkan lagi setengah jam sebelumnya. Sissy pun mengangguk dan keluar dari ruangan.

Beramaan dengan keluarnya Sissy, Raka masuk dengan gitar autiknya.

"Hooy, orang sibuk! Apa kabar?" seru Raka mengangkat sebelah tangannya. Cara ia menyapa Adnan seperti sedang menyapa para penonton di konser 1st albumnya. Dengan santai laki-laki itu menjatuhkan diri di sofa dan meletakkan gitarnya di samping tempat duduknya.

Adnan yang sedaritadi berkutik di depan latopmnya melipat benda tersebut dan bangkit dari tempat duduknya. "Gue sibuk baru hari ini, kemaren-kemaren cuma sok sibuk, mikirin jalan keluar dan akhirnya dapat juga," kata Adnan duduk di sofa yang satu lagi. Imeihat Raka terlihat santai membuat ia senang sepupunya mampir ke sini.

"Nan, gue dengar lo jadian sama Gladys?" tanya Raka. Entah kenapa raut wajahnya mendadak serius.

Adnan mengua-usap dagunya dan menjawab, "hmmm, kayaknya begitu."

"Kayaknya?" heran Raka. "Kok Kayaknya?"

"Gue ngelakuin ini untuk perusahaan, Ka. Di saat semua sponor membatalkan kontrak mereka, dia datang buat nawarin poject gabungan, tapi dengan syarat gue harus nikah sama dia." Adnan memang tidak menceritakan hal ini pada siapa pun, termasuk sekertarisnya. Namun ia percaya pada Raka, apa yang terjadi tanpa diminta ia akan menceritakannya pada laki-laki itu.

"Heh?" Raka menyipitkan sebelah matanya, ia harus mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Adnan. Pasalnya, pria itu tidak ada perasaan apa pun terhadap Gladys. Ketiganya berahabat saat menduduki bangku kuliah, dan Adnan sudah mengatakannya pada Gladys bahwa dirinya tidak akan merubah apa pun di antara mereka. "Jadi, dia mengambil keuntungan dari kondisi perusahaan lo?" tanya Raka untuk meluruskan apa yang ada diikirannya.

Adnan menjawabnya dengan anggukan.

"Ooh, gue ngerti sekarang," kata Rakka. Kemudian ia menepuk-nepuk pelan sepuunya dan berkata, "yang sabar ya." Dengan wajah ceria.

"Bisa gak, lo gak bilang gitu dengan ekspresi senang?" kata Adnan. Tentu saja, wajah pria itu seperti mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja, namun berbeda dengan kenyataan. Ia sedang dilanda dilemma.

"Ya, kalo gini gue gak bisa kasih solusi," kata Raka. Detik kemudian ia memiliki ide. "Eh, tapi gue punya sesuatu supaya lo terhibur."

Dengan semangat Raka mengambil sesuatu dari saku kemejanya. Sesuatu itu adalah dua tiket konser album keduanya yang akan diselenggarakan seminggu lagi. Pria itu mengulurkan tiket terebut dan diambil oleh Adnan. "Itu tiket bat konser kedua gue, sebelum acara lo bia ke backstage buat ngobrol sama gue. Biasa, lo ngomong aja sama manager gue, Bima."

"Teru kenapa lo kasih gue dua tiket?" tanya Adnan heran.

"Yaelah, Bro. Lo itu sekarang punya pasangan, makanya gue kasih dua tiket," jawab Raka.

"Yaa tapi emang harus ya gue pergi sama dia?"

Raka terkejt dengan pertanyaan Adnan. "Kok lo bilang begitu?" Pria itu menggeer tempat duduknya lebih dekat dengan Adnan menatap sepunya lebih lekat. Detik kemudian Raka menepuk jidatnya, ternyata aia melupakan sesuatu. "Aduh gue baru sadar. Lo kan belum pernah pacaran."

"Gini ya Nan, kalo lo udah punya pacar mau beneran atau cuma main-main lo harus memerlakukannya dengan baik. Lo bisa lakukan cara itu dengan mengantar jemput dia, ajak dia nonton Biokop atau beri dia sentuhan hangat seperti pelukan," ajar raka eolah-olah dia adalah pakar cinta. Adnan memijat-mijat pelipisnya, hal yang disebut oleh Raka adalah masalah baru yang akan ia hadapi. Masalah yang jauh lebih besar dari menurunnya omset perusahaan.

"Nah sekarang gue bantu lo buat melakukan itu, dengan memberikan dua tiket konser. Baik banget kan gue?" kata Raka menepuk pelan pundak Adnan. Membanggakan dirinya sendiri.

"Terserah lo aja, Ka," singkat Adnan.

*****