Keluarga Rayn langsung bangkit tatkala Dokter yang menangani Rayn keluar dari ruangan. Papa lebih dulu mengeluarkan suaranya.
"Pak, gimana keadaan anak saya?" Mama bertanya dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.
Dokter lelaki itu menghela napasnya berat, "Darahnya banyak yang hilang. Dan stok di rumah sakit ini yang sesuai dengan golongan darahnya tidak ada. Siapa yang golongan darahnya sama dengan dia?"
Zayn mengernyitkan dahi tatkala melihat kedua orang tuanya yang tampak saling tatap dengan tubuh yang menegang.
"Pa, jangan melamun. Keadaan lagi genting gini dan kalian lama banget ambil keputusan. Papa atau mama yang mau donorin darah buat Abang?" Zayn membuka suaranya.
Papa berdehem, "Saya, Dok, mari."
Dokter menganggukkan kepala, lantas lelaki itu segera meminta Papa Zayn untuk berjalan mengikuti langkahnya.
Zayn sendiri menuntun sang Mama untuk kembali ke kursi tunggu. Lelaki itu memeluk sang Mama yang tak kunjung berhenti menangis.