Zara kecewa, sangat kecewa. Dijadikan bahan taruhan oleh Zayn sama sekali tak terpikirkan dalam otaknya. Pantas saja dulu Zayn baik padanya secara tiba-tiba. Dan bodohnya Zara, ia tidak mencari tahu alasannya. Percaya dengan perlahan ucapan Zayn. Hati bukan mainan. Hati tak pantas dijadikan sebagai bahan taruhan.
Zara menekan dadanya yang terasa sesak. Ia menyandarkan punggungnya di kursi taman belakang sekolah. Ya, Zara memilih lari ke sana. Berhubung di sana begitu sepi dikunjungi oleh para siswa siswi.
Zara mengusap air matanya sendiri, gadis itu menarik napas panjang. Menangis juga percuma, faktanya memang begitu. Maka Zara mencoba menenangkan diri, tak ingin menangis lagi. Namun seberusaha sekuat apa pun, Zara tetap menangis. Sekuat apa pun ia menggigit bibir bawahnya menahan isakannya sendiri, tetap saja tak bisa.
Pada akhirnya Zara menangis tersedu-sedu. Menelan fakta pahit yang baru saja ia dengar.
"Zara." Suara itu disusul tepukan di bahunya membuat Zara menoleh.