Benar, Zara sangat merasa tertarik dengan tawaran Saka. Ia bahkan langsung mengurai pelukan mereka. Menatap lelaki itu lamat-lamat.
"Kak Saka nggak main-main, kan?" Zara bertanya begitu.
Saka mengulas senyum, mengacak puncak kepala sang adik, "Kalau kamu mau. Kakak juga dari dulu sering banget ceritain kamu ke mereka. Tapi belum sempat kenalin kamu."
Zara menunduk, ia menggigit bibir bawahnya, "Tapi ... kalau nanti setelah ketemu, keluarga Kak Saka nolak aku gimana? Kan aku jelek, sama bodoh. Nggak ada yang bisa dibanggain dari aku," lirihnya.
Saka mendelik, menatap Zara kaget. Sejak kapan gadis itu tahu yang namanya insecure? Lelaki itu menghela napas setelahnya, lantas menggelengkan kepalanya pelan.
"Keluargaku nggak mandang fisik. Lagian kamu sejak kapan gitu sih? Perasaan dulu nggak gitu banget."
Zara menyengir lebar, namun setelahnya ia menatap Saka penuh ragu, "Tapi tawaran ... Kak Saka ini nggak main-main, kan? Aku ... emang masih ada pikiran untuk kabur dari rumah itu."