Setelah hampir setengah jam berada dalam perjalanan, akhirnya aku sampai di Kantor Polisi. Aku menunggu di ruang besuk. Jantungku seketika berdegup kencang, resah dan gelisah menanti kedatangan Mas Riadi.
Setelah menunggu sekitar lima menit, Mas Riadi pun datang. Ku lihat wajahnya yang pucat dan mata sembab.
"Mas Riadi? Kamu kenapa?" Riadi menyoroti mataku. Seperti akan marah, tapi ia tahan.
"Mas! Jawab aku!"
"Arini, aku ... Aku tidak apa-apa. Maafkan aku, Arini! Sungguh, aku tidak akan lagi mengungkit masalah kemarin saat Pricilla datang menemuiku."
Belum Ku memulai topik pembicaraan, Mas Riadi sudah memelas memohon maaf padaku. Tingkahnya yang seperti ini, membuatku merasa semakin bersalah karena telah melakukan kesalahan bodoh dengan Anton si laki-laki biadab.
"Mas ... Bukan aku tidak mau memberitahumu tentang maksud dari perkataan Pricilla, tapi aku rasa ini bukan waktu yang tepat untuk kamu mengetahuinya. Aku pasti akan memberitahumu, tapi tidak sekarang."