Setelah aku memastikan Radit dan juga Arinda tidur, aku pergi ke kamar. Duduk di atas kursi yang ku hadapkan ke arah jendela, dan ku biarkan cahaya langit malam menyinari kamarku lewat jendela yang ku buka.
"Tuhan ... Apa aku salah jika meminta untuk Engkau mencabut nyawaku saja?" Aku benar-benar tidak kuat!
Di saat air mataku bercucuran, seketika ku teringat ucapan Pricilla saat tadi bertemu di Kafe Rinjani. Kenapa Pricilla bisa berkata seperti itu padaku?
Saat bertemu dengan Pricilla ....
Pricilla datang lebih dulu dariku. Ku lihat, ia sedang memainkan ponselnya ditemani segelas kopi di sampingnya. Wajahnya tampak pucat. Kemudian aku pun mendekatinya.
"Hai, Pricilla." Aku duduk di samping Pricilla. Pricilla pun sedikit terkejut dengan kedatanganku. "Hai, Arini!" sapa Pricilla yang langsung mematikan layar ponsel dan meletakkannya di atas meja.