Chereads / One Night Love With Friend / Chapter 26 - Hans menghampiri

Chapter 26 - Hans menghampiri

"Ara? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu, dan tubuhnya juga seperti tidak asing lagi," gumam Anna. Ia masih terus menyimak, dan menjadi pendengar yang baik dari belakang layar.

Saat Jackson mengatakan hal itu, dan menunjukkan raut wajah yang gelisah. Dengan cepat Ara Tamara langsung mengusap pipinya sembari sedikit memberikan lelucon.

"Oh ... kasian sekali bayiku yang besar ini cups cups .... Ternyata kamu sedang patah hati ya? Sudah ku bilang jangan dekati cinta. Lihat diriku bisa berkeliaran dengan bebas tanpa harus mencintai siapapun." Dengan bangga Ara mempromosikan dirinya sembari menaikkan kedua alisnya.

"Sudah berkali-kali aku beritahu kalau aku ini bukan bayi besar mu, Ara. Tapi tumben sekali pagi ini kamu menemui ku, ada apa memangnya? Biasanya kamu selalu datang siang hari dan itupun seminggu sekali," ucap Jackson.

"Itu karena malam ini aku tidak mendapatkan mangsa jadinya malam ini aku bisa tidur nyenyak, padahal aku hampir saja bisa membuat berlian ku tergoda. Ah! Bagaimana kalau pagi ini kamu melayaniku dan memberi ku bayaran?" Ara meminta dengan menahan senyumnya.

Meskipun bagi Jack permintaan bodoh dan genit itu sudah sering kali ia dengar dari mulut adik angkatnya, dan ia tahu jika Ara hanya sedang bergurau.

"Hey! Kau ingin mendapatkan tendangan dari ku ya?" sahut Jackson.

"Ya jika itu perlu tidak masalah, aku akan siap dengan tendangan maut dari junior mu itu," ucap Ara dengan gaya yang genit sembari melihat kearah adiknya Jackson di tambah dengan mengedipkan sebelah matanya.

"Dasar gila." Jack memaki sambil tersenyum, dan saat itu Jack masuk ke dalam apartemennya sembari di ikuti oleh Ara.

Di sisi lain, Anna yang terus menyaksikan pembicaraan mereka tanpa melihat dengan jelas wanita itu, dan saat itu pikirannya sudah melayang kemana-mana ketika mendengar ucapan dewasa yang sedikit yang menurutnya sengaja mereka katakan dengan bahasa yang unik.

Saat Jack dan Ara sudah masuk ke dalam, dan pintu langsung tertutup. Ketika itu Anna berjalan dan berdiri di depan pintu luar sembari menempelkan telinganya agar bisa mendengar apa yang sedang mereka berdua lakukan di dalam.

Saat itu suara teriakan dari Ara sungguh membuat mata Anna melotot sempurna.

"Aw ... sakit! Uh ... Jack kau kuat sekali ...." Ara menjerit sembari mengeluarkan desah kecil.

Namun saat itu pikiran Anna sudah melayang kemana-mana, padahal di dalam sana Ara sedang berusaha menahan kesakitan saat bantal guling terbang melayang berkat lemparan dari Jack hingga membuat Ara terjatuh ke lantai, karena saat itu dengan manjanya Ara meminta untuk di panaskan air untuk dirinya mandi, dan Jack menolak.

"Dasar sialan! Dia pikir dia tetangga yang baik sampai bercinta tidak lihat waktu. Ini pagi bukan malam, dan dia tahu apartemen kita bersebelahan. Huuf! Tahu begini aku tidak perlu berkata baik dengannya, semua pria sama saja semua hidung belang," omel Anna dengan ketus.

Anna merasa dirinya telah di bohongi oleh Jack, pasalnya Jack berkata jika dia tidak begitu kenal dengan wanita lain, namun saat itu semua yang Anna saksikan tidak seperti yang Jack ucapkan. Meskipun bagi Anna, belum ada cinta untuk Jack, namun ia sudah merasa nyaman ketika pria itu membuatnya ceria sampai ia bisa sedikit melupakan tentang Nicole.

Namun, ketika melihat cara bicara yang Jack bersama dengan wanita itu yang terlihat begitu akrab, Anna teringat dengan kisahnya ketika bersama dengan Nicole, saat itu ia masuk ke dalam apartemennya, rebahan dengan menatap langit-langit kamarnya.

"Persis ketika hubungan ku dengan Nicole dulu, kami selalu bercanda ria, dan selalu mengucapkan kata bodoh sampai akhirnya malam itu merubah segalanya, dan sekarang aku mengerti jika memang semua pria hanya menginginkan kesenangan sesaat. Kenapa setiap pria yang ku kenal selalu saja hanya tahu bercinta lalu meninggalkan," gumam Anna.

Ia terus bergumam sampai ia tidak sadar sudah satu jam waktunya terbuang sia-sia hanya dengan menatap langit-langit kamarnya. Lalu tiba-tiba ia teringat jika tabungannya tersisa sedikit, kemudian ia berlari untuk bersiap-siap, berniat mencari pekerjaan, meskipun belum tahu akan bekerja di mana.

Keluar dengan rasa malas, namun Anna menarik nafasnya dalam-dalam lalu hembuskan. Ia harus mencoba mencari pekerjaan demi menyambung hidupnya walaupun tidak tahu kerja seperti apa yang akan ia dapatkan. Sebelum melangkah pergi Anna sempat mencoba untuk mengintip dari balik pintu apartemennya Jack, namun tidak ada suara yang terdengar. Tetapi ketika ia sedang berusaha mendapatkan suara tiba-tiba saja pintu terbuka dari dalam, dan sontak saja membuat jantungnya hampir keluar dari tempatnya. Repleks ia begitu terkejut.

"Anna, loh? Kok bisa di depan? Kalau mau ya masuk aja enggak usah diri diluar kaya tamu enggak di undang," ketus Jackson.

"Eng-enggak! Siapa juga yang mau masuk, tadi aku cuma abis lewat dari ujung saja," sahut Anna berusaha ngeles.

"Oh begitu," jawab Jack dengan seadanya.

Menatap kearah Jack dengan tatapan aneh, Anna merasa jika ucapan Jack sudah mulai berkurang bahkan tidak rese seperti biasanya.

"Um, ya sudah kalau begitu aku pergi dulu." Anna pamit, dan Jack hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Tidak ada ucapan perhatian hati-hati yang biasa ia dengar, dan saat itu Anna langsung memilih pergi. Pertama pergi dengan naik taksi dan mulai berjalan kaki untuk menyusuri di mana ada tempat lowongan kerja. Namun, sepanjang jalan ia mengomel.

"Dasar semua pria sama aja! Giliran udah lagi enak lupa orang lain!" Anna mengomel sampai tidak memperhatikan jalannya hingga ia tersandung batu.

"Aw ... sakit banget lagi, duh ... gimana jalan ya, mana belum dapat kerja lagi dari tadi," ia meringis kesakitan dan memilih untuk duduk di pinggir jalan sembari memijat kakinya dengan perlahan.

Hampir lima belas menit ia duduk ditepi jalan raya tanpa rasa malu meskipun pakaiannya sudah rapi, namun tiba-tiba saja ada sebuah mobil mewah yang berhenti di depannya, dan sontak saja membuat ia terheran.

Pria itu Hans, dan keluar dari mobil sembari berlari kecil menghampiri Anna. Ia tidak sengaja menatap Anna dari arah lain ketika ia ingin berangkat kerja. Pria itu begitu terkejut saat melihat pujaan hatinya yang dulu berada di tepi jalan seperti sedang kesakitan.

"Loh? Anna! Kebetulan sekali kita ketemu di sini, dan kenapa denganmu? Kakimu sakit ya? Dan darimana saja kamu selama ini sampai aku tidak pernah lagi melihatmu, An?" tanya Hans terus-menerus, hingga membuat Anna bingung harus menjawab apa terlebih dahulu.

"Eee ... sebaiknya bantu aku berdiri dan berikan obat merah untukku baru aku akan menjawabnya," sahut Anna tanpa begitu menatap ke wajah Hans.