Mendengar ucapan Abi, Herman malah tertawa keras. Semua orang kebingungan dengan reaksi Herman itu karena seharusnya dia marah karena Haura tidak ada kabar, tapi kenapa sekarang Herman kelihatan baik-baik saja.
"Kenapa ayah malah tertawa?" tanya Abi dengan emosi yang masih bergejolak.
"Kita dengarkan dulu alasan sebenarnya Haura. Ayah tahu dengan anak ayah, Bi. Dia akan mengatakan yang sejujurnya. Iya kan, Ra?"
Kali ini Haura tidak bisa mengelak lagi. Ia harus mengatakan yang sejujurnya jika ingin melihat ayahnya baik-baik saja. Mungkin akan sangat syok nantinya, tapi bukankah kebohongan itu lama-lama akan terbongkar juga. Sepandai-pandainya tupai melompat akan jatuh juga. Seperti itulah kira perumpamaannya.
"Jangan pernah melewatkan satu kata pun, Ra!"