"Ayo masuk!."
"Ham, aku takut."
"Kenapa takut? Ibu aku kan nggak gigit."
Sheila menggaruk kepalanya dan masih berdiri di depan pintu rumah Ilham.
"Aku balik lagi aja, deh. Aku belum siap, Ham."
"Gak bisa! Ayo ikut!." Ilham menarik tangan Sheila untuk memaksa gadis itu masuk dan bertemu dengan Ajeng.
Kedua lutut Sheila terasa lemas. Keringat dingin bercucuran di wajahnya dan bibir gadis itu nampak pucat karena takut sekaligus gerogi.
"Ham, ih!." Sheila berusaha melepas tangannya dari cekalan tangan Ilham, namun rasanya percuma karena ukuran tangan mereka yang sangat jauh berbeda.
"Lho, ada Neng Sheila rupanya."
Sheila tersentak kaget melihat Ajeng yang baru saja keluar dari arah belakang sambil membawa masakan yang masih berasap.
"Silakan duduk, Neng. Kita makan bareng."
Sheila masih berdiri. Ia tidak fokus sehingga tak terlalu menangkap apa yang Ajeng katakan.
"Neng, ayo makan!."
"A--ah, iya," sahut Sheila dan mengambil tempat di samping Ilham.
