Irona menatap curiga pada bunga tersebut. "Hati-hati, She. Kayaknya cewek itu suka sama Ilham."
"Nggak mungkin, lah. Dia orangnya baik, kok. Liat deh, bunganya cantik banget" Sheila masih tersenyum di depan bunga tersebut.
"Ya udah, terserah lo. Tapi, mereka sekarang di mana?" tanya Irona mencari keberadaan Ilham.
"Di gazebo. Gue mau bikin minuma dulu buat mereka."
"Gue ikut!"
Sheila berdiri di hadapan Irona sambil berkacak pinggang. "Nggak boleh! Lo lagi hamil, Irona. Kalau lo kenapa-kenapa, gimana?"
Irona berdecak keras. Ia selalu diperlakukan seperti ratu. Padahal Irona tidak pernah merasa kesakitan. Apalagi hanya sekadar menyiapkan minuman.
"Nggak akan, Sheila. Gue juga baik-baik aja. Lagian ya, gue tuh ngerasa bete karena nggak ngerjain apa-apa."
Sheila merasa sedikit kasihan pada Irona. Kakak iparnya itu memang tidak pernah diizinkan untuk melakukan pekerjaan rumah.