"Kamu kenapa, hm? Kayaknya dari tadi betah banget, ngeliatin ke luar jendela."
Sheila berdecak, dan kali ini ia menolehkan kepalanya menghadap Ilham.
Namun siapa sangka, yang awalnya akan menyerang Ilham dan memberi sedikit pelajaran, ia justru tertegun karena jarak wajah mereka yang saling berdekatan.
Ilham tersenyum singkat dan mengecup bibir Sheila tanpa permisi.
"Jangan marah lagi. Aku nggak mau liat kamu marah" ucap Ilham kembali ke posisi duduknya semula saat melihat Ratna dan Farel kembali.
Sheila kembali mengubah posisi duduknya dan mencari yang ternyaman. Ini bukanlah ciuman pertama mereka, namun entah mengapa jantung Sheila terasa hendak melompat saat ini juga.
"Ayo, jalan. Tante nggak sabar pengen ketemu sama orang tua kamu."
Ilham menurut. Sheila bisa bernapas lega, sepertinya Ratna dan Farel tidak melihat adegan ketika Ilham mengecup bibirnya.
Memang Ilham tidak tahu tempat! Dia bisa mencium Sheila di mana saja.
"She, muka kamu kok merah banget? Kamu kenapa?"
