"Kenapa gue ngerasa, kalau hubungan gue sama Ilham semakin jauh ya? Gue nggak terbiasa jauh dari dia kayak gini."
Sheila memakan bakso nya dengan tidak bernafsu. Ia teramat sangat merindukan Ilham, tapi ia juga tidak mungkin memaksa Ilham untuk terus bersamanya. Apalagi yang ia lakukan saat ini adalah bekerja, untuk menghidupi Ajeng serta dirinya sendiri..
"Gue boleh duduk di sini?"
Sheila mengangkat wajahnya dan menatap seorang pria yang tengah membawa semangkuk bakso yang sama dengannya.
"Boleh, silakan" jawab Sheila sebari menyingkirkan buku-buku miliknya yang berada di atas meja.
"Lo Sheila, kan?"
"Lo tau gue?"
"Tau. Anak akuntansi, kan?"
Sheila menganggukan kepalanya pelan. "Lo anak akuntansi juga?"
"Bukan. Gue anak psikolog" jawab pria itu sebari tersenyum.
"Anak psikolog kenapa bisa tau gue? Bukannya gedung kita beda?"
"Iya. Gue di gedung dua dan lo di gedung satu"
"Terus, kenapa lo bisa kenal sama gue?"