"Nggak, Ham. Kita ini temen. Dan gue juga udah janji buat ngejagain kalian berdua"
"Sekali lagi makasih, Boy. Gue gak nyangka kalau lo sebaik ini. Gue pikir lo cuma modus deketin Sheila"
"Sialan lo!" umpat Boy.
"Ham, berarti kamu belum ke rumah ibu?"
Ilham menggeleng. "Kayaknya Aa gak jadi ke rumah ibu deh, Neng"
"Kenapa?" tanya Sheila dengan kening mengkerut.
"Aa takut kalau mobil itu balik lagi dan malah nyelakain ibu"
"Gue setuju sama lo, Ham. Mending lo jangan pulang dulu. Orang-orang jahat kayak mereka, pasti bakal ngelakuin segala cara buat nyelakain lo, gak terkecuali orang-orang di sekitar lo"
"Iya, Boy. Gue juga mikirnya ke sana."
"Ya udah kita pulang ke rumah aku aja, ya"
Ilham mengangguk sebari mengusap puncak kepala Sheila yang amat ia sayangi.
"Ah, Boy. Gue mau naik motor aja ya sama Ilham"
"Oke. Gue tunggu kalian di rumah Sheila."
***
"Aarrgghhh .. Sial! Ini semua gara-gara mobil yang nyalip kita, kita jadi kehilangan jejak si Ilham sialan itu"
