"Rasa sayang itu bisa berubah kapan aja. Segimana pinternya lo bikin dia nyaman."
"Tapi jangan Sheila juga dong, Boy. Ilham itu temen gue, temen deket bahkan udah gue anggap kayak sahabat sendiri. Gue gak enak lah sama dia." Yusuf bersikukuh menasihati Boy yang harus mengontrol perasaannya sendiri.
"Tapi gue sayang sama Sheila. Emang lo bisa, ngelepas orang yang lo sayang?," tanya Boy menatap Yusuf lekat.
"Ya gak bisa, sih. Tapi kan .... "
"Udahlah, gue capek debat sama lo. Mending lo kupasin gue buah."
***
"Ham, gak nyangka banget, ya. Ternyata Boy itu sepupunya temen kamu."
"Iya, Neng. Dunia emang sempit." Ilham dan Sheila masih berjalan di koridor rumah sakit menuju kantin.
Tangan Sheila masih setia menggamit lengan Ilham dengan mesra. Rasa khawatir Ilham perlahan memudar saat melihat perlakuan Sheila yang ternyata sangat menyayanginya.
"Neng Sheila mau makan apa?."
"Aku pangen makan bakso, Ham. Kayaknya enak deh, dingin-dingin gini makan bakso."
