Boy merasa bosan karena harus terus-terusan berbaring di atas ranjang rumah sakit. Ia juga jengah mencium bau obat-obatan yang rasanya keluar dan menguar dari setiap sudut ruangan.
"Sheila kenapa lama banget, ya? Bosen banget gue. Gak ada temen buat ngobrol," gumam Boy sebari menatap langit-langit kamar.
Ia menghela napas kemudian. Keadaannya tidak terlalu parah. Boy masih bisa duduk dan melakukan aktivitas lainnya seperti memainkan ponsel dan menyuapkan nasi ke dalam mulut oleh tangannya sendiri.
Lalu ia teringat sesuatu, bahwa ia belum memberi pada sepupunya, Yusuf. Karena pasti pria itu bingung dengan Boy yang tak kunjung kembali.
"Halo, Suf. Lo bisa ke sini sekarang?."
"Gue lagi ada di rumah sakit pinggir kota."
"Oke. Gue tunggu."
Setelah mematikan sambungan teleponny, pintu kamar Boy terbuka. Dan memperlihatkan sepasang kekasih yang sejujurnya sangat tak ia sukai.