Chereads / Touch Your Heart / Chapter 2 - Tantangan Dari Alin

Chapter 2 - Tantangan Dari Alin

Luna memilih menjauh dari Bima dan keluar dari kamarnya. Acara pernikahan telah selesai, hanya ada beberapa orang saja yang masih mengobrol. Palingan juga saudaranya Bima. Luna sudah berganti pakaian dengan baju tidur.

Wanita itu berjalan ke taman belakang, duduk di gazebo dan bermain ponsel. Matanya menelusuri Instagram. Iri banget sama teman-teman kampusnya yang hangout di hari Minggu. Sedangkan Luna? Malah nikah sama musuh bebuyutan! Adil gak sih?

"Kak," panggil Alin. Ikut duduk di samping Luna.

"Hm," balasnya. Memutar bola mata dan menatap adiknya.

"Jangan murung, senyum dong. Masa malam pertama galau gini. Harusnya kan something sama suami."

"Kaya gini harus senyum? Bawaannya kudu mandi kembang tujuh rupa tujuh sumur iya. Males banget!"

Alin terkekeh. "Entar juga lama-lama terbiasa kok. Lama-lama juga cinta sama kak Bima,"

"Nggak sudi!" Luna menjulurkan lidahnya ingin muntah.

"Jangan gitu. Gimana kalau kita taruhan?"

"Taruhan apaan?"

"Kalau Kakak suka sama kak Bima dalam waktu tiga bulan, Kakak harus beliin aku album + lighstick NCT."

"Mata lu, gue beli ciki gopean aja masih ngutil dari kamar mama."

"Bilang aja takut. Iya kan?" tawa Alin benar-benar memancing Luna.

"Oke, siapa takut. Tapi kalau sampai lu kalah, dan selama tiga bulan gue gak suka sama si kunyuk itu, lu harus beliin kuota unlimited setahun. Deal?" tantang Luna.

"Ok. Deal!" teriak Alin. "Semoga lu suka sama kak Bima dalam waktu sebulan, biar uang gue aman. Bye!" ucapnya, meninggalkan Luna.

Luna nyengir, sambil menatap kolam renang yang sudah penuh dengan daun kering. Ia ingat kalau Bima bukan pria jomblo. Mampus! Mati gue, Bima kan pacaran sama temen gue sendiri. Huhuhu. batin Luna berdenyut tak karuan. Dengan langkah kasar, ia kembali ke kamar dan tidur berdampingan dengan sang suami.

***

Sinar matahari dari balik jendela memaksanya harus membuka mata. Ah, empuk. Padahal semalam Luna tidur di bagian paling ujung karena tidak mau berdekatan dengan Bima.

Luna menatap jam. Gila! Dia tidur 10 jam? Sekarang sudah jam 12 siang? Luna duduk sambil ngumpulin nyawa sebentar. Ia tidak melihat Bima, syukur deh. Sekalian aja nggak balik.

Tapi, ceklek!

Dari arah kamar mandi, Bima keluar. Hanya memakai boxer, dan telanjang dada. Hanya ada handuk yang melilit lehernya. Sebelum pria itu tahu kalau dirinya sudah bangun, segera Luna tidur lagi. Pikiran liarnya melalang buana, nggak disangka oke juga tuh postur tubunya si Bima. Luna kira pria itu kurus kerempeng.

"Heh, bangun!" teriak Bima sambil menekan tubuh Luna.

"Apa sih!" balas Luna gak kalah garang dari Bima.

"Mandi, lu bau kambing!" dikatain Bima, Luna langsung menimpuk pria itu dengan bantal.

"Apa lu bilang tadi? Ha?"

"Fakta!" bales Bima, sambil memakai bajunya. Pria itu sama sekali tidak malu dilihat sang istri. Cielah istri.

Luna memilih bangkit dan mengambil handuk. Ia mengusap terlebih dahulu bekas make up semalam dengan micellar water.

"Lusa lu ikut gue ke apartemen."

"Apartemen punya siapa?" tanya Luna.

"Punya gue lah anjay!" balas Bima.

"O aja ya kan. Lu sendiri aja, gue mau balik ke rumah gue!" tolak Luna.

"Disuruh orang tua kita, dodol! Kalau gue nolak, bisa-bisa gue gak dapet fasilitas mewah. Kan untung di elu juga."

"Ya bagus, lu menderita gue bahagia, hahaha!" Luna langsung masuk ke kamar mandi meninggalkan Bima yang masih nerocos gak jelas.

"Awas aja kalau dia nolak!"

***

Meskipun Luna sempat menolak tinggal berdua dengan Bima, orang tua mereka bersikeras memaksanya untuk tetap bersama suaminya. Mau tidak mau Luna menurut, dengan menahan kejengkelan level 100.

Jangan kira tinggal di apartemen mewah berdua enak ya. Yang ada rusuh pagi-pagi karena harus on time ke kampus, Luna yang biasanya rajin malah kesiangan gara-gara ketularan pelornya Bima.

Ia gedor-gedor pintu Bima yang masih betah berlama-lama di kamar. "Woi! Cepetan, entar kita telat bangsat!"

Kamar mereka pisah, kalau orang tua masing-masing mengunjungi barulah mereka sekamar. Biar nggak curiga.

Bima membuka pintu dan sudah berpenampilan rapi. "Lu berangkat naik grab aja, gue yang bayarin. Gue mau jemput Bella,"

"Eh, sekata-kata. Nggak, enak aja. Anterin gue atau gue lapor ke mama Nila," ancam Luna.

"Hish! Yaudah!" Bima mendahului Luna dan mengambil motornya di bagasi. "Cepetan naik!" bentaknya.

"Entar gue turun di halte deh," tawar Luna. Bima tidak menggubris, dan langsung melenggang di jalanan. Karena ia berkendara dengan ngebutnya, Luna terpaksa sedikit mendaratkan kedua tangannya pada pinggang pria itu.

Merasa ada yang melingkar di perutnya, Bima cuma senyum-senyum gak jelas. Bisa akur juga ternyata. Batinnya pada sang istri. Cielah, istri. Sayangnya istrinya galak banget.

Begitu sampai di halte bus, Luna segera turun dan memberikan helm pada Bima. Ia langsung meninggalkan suami dan langsung menuju kampus. Tanpa ucapan terima kasih. Bodo amat! Ntar si kutu kepedean lagi.

Bima langsung berbalik arah kembali ke persimpangan jalan dan menuju rumah pacarnya. Sebenarnya dalam hati Bima, ia tak menyangka akan menikah dengan Luna. Bahkan pernikahan itu benar-benar sudah terjadi. Sekarang statusnya adalah seorang suami.

Teman-temannya tidak tahu tentang pernikahan mendadak ini. Ah, apalagi sang pacar. Merasa bersalah, Bima akan mencari cara untuk terlepas dari pernikahannya dengan Luna.

Begitu sampai di rumah sang pacar, Bima sudah di sambut di depan pintu. "Kok lama banget sih?" keluh Bella.

"Maaf, Beb. Tadi aku kesiangan terus jalanan macet banget," padahal jalanan tidak benar-benar padat, ia baru saja mengantarkan istri dadakannya.

"Yaudah. Kita berangkat sekarang," perintah Bella. Bima segera menyalakan motornya lagi, Bella langsung memeluk Bima dari belakang.

Ingatannya malah memutar kembali pada saat Luna memeluknya, meskipun terpaksa.

Bima si badboy merangkap fuckboy, baginya Bella adalah pacar kesekian kalinya. Pelukan bukan hal yang baru. Apalagi lebih dari hal itu. Eits, senakal-nakalnya Bima, dia nggak pernah obok-obok pacarnya. Keperjakaannya akan terus dijaga untuk sang istri. Masalahnya adalah Bima sudah menikah dengan Luna. Masak iya? Bima harus melakukan hal itu dengan wanita yang masih abu-abu di hidupnya?

"Kamu mikirin apa sih? Fokus sama jalanan, Beb!" tanya Bella. Sedari tadi wanita itu meliriknya dari kaca spion. Melihat Bima dengan tatapan kosong.

"Nggak apa-apa, ini mataku tadi kelilipan."

Entah Bella yang oon atau Bima yang kurang pandai mencari alasan, ya kali pake helm bisa kelilipan. Tapi Bella tidak bertanya lagi. Bima semakin mempercepat lajuannya.

Tidak ada 10 menit, mereka sudah sampai. Banyak yang memutar pandangan melihat pasangan yang baru saja resmi 6 bulan jadian. Rekor terlama Bima menjalin hubungan dengan seorang wanita.

"Ganteng banget ya jodoh orang," sela Caca.

"Rasanya rela jadi yang kedua deh," timpal Yulia.

Luna yang mendengar ocehan dari teman-temannya hanya membuang muka melihat Bima datang bersama Bella. "Anjir, suami gue!" batinnya berseru. Cemburu bilang kali Lun. Dih!