Selepasnya sampai di kampus, Luna langsung fokus dengan tugas kuliahnya. Semenjak tinggal se-atap dengan Bima, ia mendadak ketularan pelor. Bangun kesiangan, mager buat beres-beres. Habisnya bosen, tiap keluar kamar selalu pas-pasan dengan biang kerok. Mana setiap hari lagi!
"Kantin, yok!" ajak Yulia yang sudah menyelesaikan tugasnya. Mumpung dosen gak masuk, cuma nyuruh ngirim tugas lewat e-mail.
Luna dan Caca pasrah, mengekori teman mereka yang sudah terbiasa bolos. Apalagi jam-jam kosong memang cocok untuk manjain perut. Begitu sampai, mereka sudah dikerubung oleh beberapa senior yang juga melakukan aksi bolos.
"Halo, Lun. Masih ingat gue gak?" tanya Fadil, salah satu ketua tim basket yang digilai banyak fans. Luna hanya menengok sebentar, lalu memilih mengabaikan. Baginya, gak ada cowok tampan yang mampu menyaingi Kai EXO. Sebenarnya si Bima gak jelek-jelek amat sih, tapi what the hell! Luna kesal setengah mati, laki-laki itu adalah biang dari segala masalahnya akhir-akhir ini.
"Boleh kan gue duduk di sini?" tanya Fadil lagi. Senior itu makin semena-mena dan menempeli Luna.
Bagi Caca dan Yulia, mereka heboh dan kegirangan bisa semeja dengan senior tim basket. Tapi bagi Laluna, ia bosan dengan laki-laki yang sok tebar pesona. Ah, bodo ah! Laper, gak penting ngurusin cowok tengil kaya si Fadil ini.
Luna melirik-lirik sekitar, kantin memang selalu ramai saat jam segini. Rasanya gak ada cogan yang bisa buat cuci mata, maklum.. Luna memang jaga jarak sama cowok. Tapi mendadak pandangannya tertuju pada sesosok makhluk yang tak asing baginya.
'Abimanyu Sagara Biang kerok.'
Ya, suaminya tengah mojok dengan Bella. Ia memang sekelas dengan pacar Bima. Tapi mereka tidak cukup dekat kayak Caca dan Yulia.
Tanpa sadar, Bima juga tengah menatapnya dari kejauhan. Cowok itu menyipit, melihat istrinya tengah didekati teman satu angkatannya. 'Cih, katanya gak pernah pacaran. Lihat cowok bening aja langsung diembat!' batin Bima kesal.
Bima mengetikkan sesuatu, mengirimkan chat pada Laluna. Beruntung Bella tidak curiga sama sekali, karena cowok itu menamai Luna di kontaknya dengan 'Bibi Oliv, emang bibinya apa!'
Si Kunyuk : [Entar pulang sama gue, nunggu di halte. Cari makan sama beli kebutuhan rumah, soalnya kulkas dan bahan makanan masih kosong, gak nerima penolakan!]
Laluna membaca sekali lagi chat dari suaminya, matanya langsung menyorot pada Bima yang melihat ke arahnya. Hebat juga cowok itu, bisa chatan padahal lagi yang-yangan sama pacar. 'Dasar playboy level dewa!'
Tapi ada benarnya juga, mereka memang harus belanja kebutuhan rumah. Kan nggak etis kalo tiba-tiba anggota keluarga Bima dan Luna datang tapi kulkas dan makanan gak ada sama sekali, alias kosong.
"Kamu nggak ada niatan pacaran gitu, Lun?" tanya Haris, teman Fadil yang mukanya sholeh banget. Cocoklah buat jadi inceran masa depan. Lupain soal si Bima yang lagi asyik mojok sama ayang!
"Nggak, nggak perlu tuh!" balas Luna sambil menyeruput jus jambunya.
"Betah banget jomblo. Padahal aku juga mau daftar kalau kamu buka lowongan," cibir Deon.
"O, jelas. Aku tuh joker, jomblo keren!" sombong Luna.
Fadil yang melihat sikap centil Luna makin gemes, rasanya mau banget dipanggil sayang. Tapi masalahnya Luna terlihat enggan menanggapi perasaannya.
Bersamaan dengan itu, teman dekat Luna dari SMA yang kebetulan satu kampus dengannya menghampiri. Angkasa, cowok yang nempelin Luna kayak perangko. "Lun, ntar pulang sama gue ya?" ajaknya tiba-tiba.
Meskipun jaraknya tidak dekat, Bima bisa mendengar omongan Angkasa. Awas aja kalau si Luna mau-mau aja diajak pulang sama cowok sok famous itu!
"Maaf, Sa. Lu pulang sendiri aja soalnya gue udah ada janji," sahut Luna.
Angkasa maklum dan langsung berlalu, sejauh ini ia memang tidak tahu menahu tentang pernikahan teman karibnya. Padahal ia sudah meng-keep Luna buat dijadiin calon istri. Yah, kasihan.. Bima menang banyak nih!
***
Sudah tiga puluh menit Luna menunggu, melirik dari arah kiri. Tapi Bima, suami dadakannya belum juga muncul. Apa si kunyuk lupa kalau mereka harus belanja kebutuhan rumah?
"Hai, Lun!" seru Angkasa yang muncul tiba-tiba.
Waduh, kenapa Angkasa ada di sini? Bisa berabe nih. Luna memang belum menceritakan pernikahannya dengan cowok itu. Ia sudah berjanji akan menjaga statusnya sampai lulus kuliah. Keputusan yang sudah disepakati dengan orang tuanya juga Bima.
"Kok lu belum balik?" tanya Luna, ia merasa kikuk sekarang. Sial! Semoga aja Bima datangnya telat deh.
"Tadi lupa nyari buku referensi di kampus. Pulang bareng yuk, tapi naik taksi gimana? Motor gue dipinjem sama Dani," tutur Angkasa.
Luna garuk-garuk kepala, bingung cara nolaknya. Lebih parahnya lagi, matanya menangkap sesosok Bima yang mengendarai motor, melaju ke arahnya. Duh, mampus! Boleh hilang ingatan nggak sih?
"Buruan naik!" seru Bima yang sudah sampai dan berhenti di depan halte. Ia tak peduli dengan Angkasa yang keheranan.
Luna melihat ragu ke arah Angkasa dan melambaikan tangan. Baru saja naik ke bagian belakang motor Bima, tangannya ditarik kembali oleh teman karibnya.
"Heh, main narik-narik aja! Bukan muhrim woi!" umpat Bima. Mana cuaca lagi panas-panasnya lagi.
"Lun, ngapain lu bareng si playboy ini?!"
Ya, Bima memang sudah se-viral itu di kampus. Pesonanya sudah merajai para betina dan terkenal dengan buaya ulung.Memangsa yang rela jatuh di pelukan Bima dengan senang hati.
"E.. itu, anu.. e.." Luna kikuk, dia kebingungan harus menjawab apa. Apalagi Angkasa tahu, Luna anti dengan cowok kampret model Abimanyu.
"Anu-mu kenapa? Kok jadi gagap gitu?" Bima tak peduli dengan hubungan Angkasa dan Luna, tapi masalahnya ia harus segera membawa istri dadakannya pergi. "Kita pulang, Luna!"
Akhirnya aksi tarik-menarik pun terjadi, Luna kesakitan karena pergelangan tangannya diseret paksa oleh Bima dan ditahan oleh Angkasa. Oke, Luna emang cantik.. tapi gak usah maksa gini kan para jantan-jantanku sekalian?
"Lu tuh bisa nggak lepasin tangan Luna? Temen gue gak bakal ke-makan sama bujuk rayuan setan kayak lu. Lagian kalian juga bukan muhrim!" balas Angkasa.
Mendengar itu, Bima hanya cengengesan. Si tengil gak tahu kalau mereka udah menjadi pasangan suami istri. Cielah, pasutri! "Asal lu tahu ya, Luna bini gue. Hak-hak gue lah mau bawa dia!"
Mampus, Luna sudah menahan napas dari tadi. Padahal ia sudah menjaga rahasianya dari teman kampus, terlebih Angkasa. Duh mesti gimana nih! "Kita langsung pergi aja!"
Luna langsung naik motor dan mengabaikan teriakan Angkasa. Parahnya lagi, si Bima naik motornya ngebut banget. Alhasil ia harus memeluk tubuh suaminya. Dih, amit-amit! Mampus, setelah ini ia akan dibabat habis sama Angkasa. Harus ngasih alasan apa sama teman karibnya?
"Si tengil tadi siapa?" tanya Bima datar. Ia menatap Luna dari kaca spion. Lah, ternyata istri dadakannya mepet banget kayak anak kanguru.
"Angkasa?"
"Oh, namanya Angkasa. Pacar lu?"
Luna menggeleng. Ia agak mundur, menjaga jarak dengan punggung Bima. "Bukan,"
"Gebeten?"
"Enggaklah!"
"Terus siapa? Kalau sugar Daddy kan gak mungkin? Si angsa lebih muda gitu dari gue. Tapi tetep kinclong gue ke mana-mana sih," bangga Bima.
"Angkasa, bukan angsa! Dia temen gue dari SMA."
"Oh, friendzone," Bima mulai paham. Cewek kayak Luna kayaknya cuma bisa deket para jantan dengan embel-embel teman. Buktinya, baru nembak aja udah disuruh nikah, tapi gak apa-apalah. Bima gak pernah nganggep pernikahannya masalah, beda dengan Laluna yang menganggap Bima adalah petaka.