Safira mencuci piring bekasnya makan siang. Jari telunjuknya yang terbalut perban memang tidaklah seberapa sakit. Hal itu tak membuatnya kesulitan melakukan kegiatan apa pun yang masih mudah ia lakukan.
"Fira, tadi Ibu lihat kamu menangis selepas shalat. Apa Ibu boleh tahu hal apa yang membuatmu menangis?" tanya sang Ibu sambil menatap dalam netra hitam milik putri tunggalnya itu.
Safira tersentak. Tentu saja ia tidak tahu jika ternyata sang Ibu telah melihatnya menangis saat ia berdoa pada Allah rabbul Izzati.
"Me–menangis? Kapan? Ibu salah lihat kali," elak wanita cantik itu yang terlihat menyembunyikan kenyataan dari Ibunya.
Bu Kartika tersenyum kecil sambil melangkahkan kakinya mendekati lemari es, "Makanlah kurma ini, Nak. Ibu sudah membelinya di minimarket, tadi. Ibu teringat pada Umi Jannah yang mengatakan bahwa ini Sunnah dan baik untuk kesehatan," ucapnya sambil memberikan sebuah kurma pada putrinya.