Ustadz Uwais melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Selepas kepergian Safira dan keluarganya, Ustadz tampan itu buru-buru meraih gawainya. Ia berharap jika Safira akan menghubunginya secepat itu. Tetapi ternyata, harapannya tidaklah menjadi nyata. Safira tak kunjung menghubungi nomor telepon yang telah ia berikan pada wanita cantik itu.
"Kenapa belum ada chat?" gumam Ustadz tampan itu sambil menatap dengan harap-harap cemas pada layar gawainya.
Entah mendapat keberanian dari mana sehingga membuat Ustadz tampan itu memiliki inisiatif memberikan nomor teleponnya 0ada Safira. Padahal jika dipikir-pikir, hal itu sudah termasuk bagian dari genit dan penggoda. Dan tentunya hal itu belum pernah Ustadz Uwais lakukan sebelumnya.
"Astaghfirullahaladzim! Kenapa aku jadi seperti ini? Apakah ini nafsu? Apakah ini sebuah gelora asmara sebagai lelaki dewasa? Ya Allah. Ampuni dosa hamba-Mu ini," rintih Ustadz tampan itu di dalam hati.