Maureen termenung. Pikirannya mengembara tak berujung, perubahan diri dari Weird de hingga sekarang menjadi bahan tak ada habisnya. Bukankah usianya sudah cukup untuk mati tetapi, mengapa hidup? otaknya terus mencerna satu persatu.
tap...tap...tap ...
Jose mengerutkan keningnya menemukan Maureen duduk di ruang makan, pandangan kosong terarah keluar jendela. Ia tidak senang.
"Maureen..."
Tidak ada respon.
"Maureen, mengapa kamu tidak di rumah?"
Lagi-lagi tidak ada respon. Iapun mendekati, sedikit membungkuk untuk memeluknya, "Apa yang kamu pikirkan?"tanyanya pelan di telinga.
Badan Maureen tersentak dari lamunannya, Jose bisa merasakan. Wajahnya di letakan pada celah ceruk lehernya, menciumnya di sana sekedar mengingatkan dirinya.
"Maureen, mengapa kamu di sini?"
Tidak ada jawaban, Jose sedikit memiringkan kepalanya agar Maureen bisa mengetahui jika ia menuntut jawaban.
"Maureen?"