Maureen bersandar malas pada tiang rumah. Telapak tangan masih di perban, pandangan mata kosong.
"Riu ...."
"Hmm."
"Beristirahatlah."
"Jero, siapa namaku?" tanya Maureen pelan. Ingatan berputar antara benar dan kabur, "Riu. Kamu sebelumnya..." ada keraguan dalam suara Jero. Wajah Maureen berubah kaku, Jero merasa tertekan.
"Aku-- tidak sepenuhnya kehilangan ingatan. Kamu berusaha keras membuatku seperti Riu, tetapi apakah kamu pernah berfikir jika Riu itu istriku maka aku tidak bisa menirunya."
"..."
"Jero, aku akan pergi dari sini dalam waktu hitungan hari. Kamu menjebak suamiku sejauh ini dan berhasil, apakah aku akan diam saja melihat permainan ini?"
"Kamu tahu?"
"Ada banyak nyawa dipertanyakan, putra kecilku dibiarkan untuk mati di tangan Saul. Aku akan menghitung ini."
"Riu, aku-- "
"Jangan panggil aku dengan nama itu. Usahakan jangan melihatku sembarangan untuk waktu sekarang."
Jero terdiam.