Pintu gerbang kota bunga dan kota mati hanya dibatasi oleh pos penjagaan (baca chapter sebelumnya di pertengahan, asal usul kota mati). Perbatasan dua kota ini disebut sebagai perbatasan kosong. Banyak mobil mengantri dengan ketegangan di wajah masing-masing. Suara teriakan hingga bau amis menguap cepat.
"Mau kemana?"
"Kota mati."
"Surat."
"Tidak ada."
"Pernah ada pernikahan sebelumnya?"
"Riu di kota Baron."
"Mengapa pergi dari sana? pernikahan tersebut tidak bisa di batalkan di kota bunga."
"Suaminya tidak baik dan kami saling mencintai."
"Ada bukti?"
"Lihatlah." Kalung di leher Maureen di tunjuk, kulit putih terpampang dengan jelas. Petugas jaga menatap tajam.
"Budak?"
"Ya, kami butuh kota mati untuk ketenangan cinta. Apakah ada caranya?"
Petugas jaga menatap sekali lagi ke arah Maureen. Pakaian yang dikenakannya sangat mengekplorasi imajinasi orang. Jero menyalakan rokoknya dengan malas, ia menunggu.
"Apakah belum tersentuh?"