Hima Ze berdiri dengan gugup, wajahnya tertutup cadar tebal sehingga ia tidak mengetahui siapa yang berdiri di sampingnya.
"Tanda tangan..."
Pena diberikan pada Hima Ze, buku nikah di sodorkan tepat arah matanya. Hima Ze tidak berani membuka cadar, ia hanya bisa mengira-ngira di mana letak tanda tangan seharusnya. Ia takut ketahuan.
"Tanda tangan..."
Sedikit kebingungan tetapi, Hima Ze menorehkan tanda tangan kedua kali ke buku nikah. Ia ingin membaca nama yang tertulis tapi terburu di tarik darinya.
"Pertukaran cincin."
Baki kecil berisi empat cincin. Hima Ze tengang, jarinya di sematkan sebuah cincin lalu satu cincin lagi? dalam kebingungan, ia diminta menyematkan dua cincin pada dua tangan.
"Pernikahan sah. Pengantin wanita boleh pergi ke kamar pengantin lebih dulu untuk menunggu dengan di antar pengantin pria."